Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah tajam dan nyaris terkoreksi hingga 10 persen pada perdagangan pagi ini, Selasa, 8 April 2025. Sentimen negatif dari luar negeri hingga kebijakan regulator direspons pasar dengan kepanikan.
Analis Ekonomi, Fithra Faisal menilai tekanan terhadap IHSG salah satunya disebabkan oleh efek lanjutan dari tarif resiprokal yang diumumkan Amerika Serikat (AS). Selain itu, pengumuman mekanisme trading halt sebelum pembukaan bursa turut memperparah ketakutan pelaku pasar.
“Ini jadi
self-fulfilling prophecy. Pasar sudah khawatir, lalu dikasih pengumuman semacam itu sebelum buka, akhirnya semua
panik dan dana asing keluar lebih cepat,” ujar Fithra seperti dikutip dari
Breaking News Metro TV, Selasa, 8 April 2025.
Menurutnya, pelaku pasar kini cenderung mencari aset aman, seperti
obligasi AS, emas, atau yen Jepang. Sekitar Rp100 triliun dana asing di pasar saham Indonesia pun terancam keluar akibat gejolak ini.
Fithra juga menyoroti kebijakan auto rejection bawah (ARB) sebesar 15 persen dan mekanisme
trading halt yang dianggap belum selaras. Hal itu masih membingungkan.
“Angkanya membingungkan. ARB 15 persen, tapi bisa trading suspension kalau turun 20 persen. Ini justru menambah
ketidakpastian,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa pasar saham Indonesia sangat sensitif terhadap sentimen, bukan sekadar angka teknikal. Karena itu, ia mengimbau agar regulator lebih berhati-hati dalam mengumumkan kebijakan yang bisa memicu reaksi
psikologis berlebihan.
“Market kita sudah syok, jangan sampai ditambah triple shock,” katanya.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)