Iran Ancam Tutup Selat Hormuz: Apa Dampaknya Bagi Dunia?

1 July 2025 16:08

Jakarta: Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali meningkat setelah Amerika Serikat dan Israel melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran yang berlokasi di Fordow, Isfahan, dan Natanz. Operasi militer yang diberi nama Midnight Hammer ini langsung memicu respons keras dari Teheran.

Sebagai bentuk pembalasan, Parlemen Iran resmi menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz. Sebuah jalur laut strategis yang menjadi nadi utama distribusi minyak dunia. Jika ancaman ini benar-benar direalisasikan, dampaknya diprediksi akan mengguncang perekonomian global secara luas.

Selat Hormuz merupakan jalur laut sempit yang terletak di antara Iran di bagian utara dan Oman di bagian selatan. Selat ini menjadi penghubung Teluk Persia dan Laut Arab, dengan lebar hanya sekitar 35 hingga 95 kilometer. Namun, meski sempit, perannya dalam rantai perdagangan energi dunia sangat vital.

Menurut data dari U.S. Energy Information Administration, lebih dari 20 persen pasokan minyak dunia, setara dengan 17 juta barel per hari, melewati Selat Hormuz. Negara-negara besar penghasil minyak seperti Arab Saudi, Irak, Iran, dan Uni Emirat Arab menggantungkan jalur ekspor mereka pada selat ini, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia dan Eropa.

Selain minyak mentah, Selat Hormuz juga menjadi jalur utama ekspor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Karena itu, selat ini disebut sebagai choke point paling strategis dalam perdagangan energi global. Gangguan sekecil apapun di kawasan ini dapat memicu lonjakan harga energi secara global.

Hal tersebut terbukti dari lonjakan harga minyak dunia yang terjadi secara cepat setelah Iran menyampaikan ancaman penutupan. Dalam satu hari, harga minyak dunia melonjak lebih dari 2 persen.
 

Baca Juga: Neraca Dagang RI Rawan Terguncang Akibat Blokade Selat Hormuz

Hukum laut UNCLOS

Dari perspektif hukum, Selat Hormuz dikategorikan sebagai selat internasional yang digunakan untuk pelayaran internasional (strait used for international navigation). Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), seluruh kapal dari berbagai negara memiliki hak untuk melintas secara damai tanpa dihalangi oleh negara-negara pantai.

Meskipun Iran belum mengesahkan UNCLOS, prinsip tersebut telah menjadi bagian dari hukum kebiasaan internasional (customary international law) dan tetap mengikat bagi seluruh negara, termasuk Iran.

Namun demikian, dalam praktiknya, negara pantai masih memiliki ruang untuk melakukan tekanan atau gangguan. Tindakan seperti pemeriksaan kapal asing, penyebaran ranjau laut, atau intervensi terhadap aktivitas pelayaran dapat digunakan sebagai bentuk strategi politik dan militer.

Ancaman penutupan Selat Hormuz bukan hanya persoalan geopolitik kawasan Timur Tengah, melainkan berpotensi menimbulkan efek domino secara global. Negara-negara pengimpor minyak dari kawasan Teluk seperti Jepang, Korea Selatan, India, hingga negara-negara di Asia Tenggara akan merasakan langsung dampaknya.

Bagi negara seperti Indonesia, meskipun bukan pembeli utama dari Teluk Persia, dampaknya tetap signifikan. Ketika harga minyak dunia melonjak, subsidi energi yang diberikan pemerintah ikut membengkak. Hal tersebut bisa memicu inflasi, kenaikan harga barang, hingga terganggunya stabilitas ekonomi nasional.

Simbol ekonomi dan politik

Selat Hormuz bukan sekadar jalur pelayaran. Ia adalah simbol kekuatan ekonomi dan pengaruh politik. Dalam dunia global yang saling terhubung, kendali atas titik-titik strategis seperti Selat Hormuz menjadi senjata diplomasi yang sangat kuat.

Karena itu, setiap ancaman terhadap stabilitas di kawasan ini selalu menjadi perhatian dunia. Ketika Selat Hormuz disebut-sebut, pasar global langsung waspada. Bukan hanya karena risiko konflik bersenjata, tetapi juga karena potensi krisis energi dan ekonomi yang dapat meluas ke seluruh penjuru dunia.

Jangan lupa tonton MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.

(Zein Zahiratul Fauziyyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Christian Duta Erlangga)