6 May 2025 22:50
Dunia memasuki situasi genting. Indonesia pun memasuki situasi yang menentukan. Situasi genting global muncul dari perang tarif antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Situasi yang menentukan juga muncul dari dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi nasional melemah di triwulan pertama 2025. Strategi Indonesia untuk bangkit menjadi negara maju sedang diuji. Taktik Indonesia untuk melalui situasi genting sedang diuji.
Pekan lalu untuk menghindari dampak buruk melonjaknya tarif Amerika Serikat, Indonesia bergerak cepat menjadi salah satu negara pertama di dunia yang melobi Amerika Serikat. Hasilnya, Indonesia berhasil mendapat komitmen dari Amerika Serikat untuk berunding menurunkan tarif dalam 30 hari ke depan.
Di tengah ketidakpastian global dan ketidakpastian sikap akhir Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal tarif, Indonesia tidak berhenti dengan mengirimkan tim negosiasi tarif yang dipimpin Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Bahkan Presiden Prabowo Subianto direncanakan akan menemui Donald Trump di Washington DC, AS agar dampak buruk tarif tinggi tidak mengganggu perekonomian Indonesia.
Di dalam negeri pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2025 melemah atau minus 0,98%. Sepanjang triwulan pertama 2025, ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% atau lebih rendah daripada triwulan pertama 2024 sebesar 5,11%.
Dalam empat tahun terakhir, pelemahan pertumbuhan ekonomi selalu terjadi di awal tahun. Namun, kali ini pelemahan ekonomi bersamaan dengan sorotan masyarakat terhadap masalah pemutusan hubungan kerja (PHK), masalah pengangguran dan lapangan kerja, serta masalah kemiskinan.
Persoalan PHK, pengangguran, dan kemiskinan menjadi persoalan semua negara di dunia. Semua negara juga punya potensi menjawab persoalan mereka. Bagi Indonesia, potensi menjawab masalah persoalan-persoalan itu muncul dari data BPS pada Mei 2025 ini. Beberapa sektor tumbuh tinggi.
Sektor pertanian mencetak pertumbuhan tertinggi 10%. Sektor jasa dan logistik tumbuh nyaris 10%. Beberapa kawasan juga mencetak pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional. Kawasan Sulawesi tumbuh 6,4%, jauh di atas angka nasional 4,87%. Pulau Jawa juga masih mencetak pertumbuhan ekonomi sedikit di atas rata-rata nasional 4,9%.
Ada tantangan, tapi tetap ada peluang. Saatnya taktik cerdik di masa pelik.