Piala Presiden tidak hanya menyajikan aksi menghibur di atas lapangan. Namun juga selalu memperhatikan industri yang ada di lingkup sepak bola. Bukan hanya memikirkan tim yang bersaing di dalam stadion, panitia Piala Presiden juga memperhatikan masyarakat untuk terlibat langsung dalam perhelatan akbar pramusim sepak bola terbesar di Indonesia.
Kini setelah satu dekade, Piala Presiden 2025 tetap konsisten dengan mengedepankan roda industri sepak bola seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berada di sekitar stadion. Terhitung di Stadion Si Jalak Harupat hadir lebih dari 100 UMKM yang membuat penonton yang hadir tidak khawatir untuk menonton langsung.
Terobosan selalu hadir di setiap edisi sebagai daya tarik tersendiri untuk masyarakat menyaksikan Piala Presiden. Pada edisi kali ini, Piala Presiden yang dinahkodai oleh Maruarar Sirait sebagai Ketua Steering Committee (SC) menelurkan konsep-konsep yang bagus untuk menginspirasi liga di Tanah Air.
Yang menarik adalah Piala Presiden mengedepankan turnamen yang ramah lingkungan. Setelah pertandingan, panitia langsung mengumpulkan sampah di Stadion Si Jalak Harupat yang dipilih sebagai venue utama. Kemudian, diolah dengan baik agar Bandung tetap bersih agar masyarakat tetap nyaman menikmati tim kesayangan yang bertanding.
"Ini juga ada pengolahan, sampahnya dikumpulkan, kemudian diolah dengan baik," kata Maruarar, dikutip dari tayangan Metro Sport, Metro TV, Rabu, 16 Juli 2025.
Selain itu, Piala Presiden 2025 juga melakukan program untuk memberikan lima rumah subsidi bagi yang beruntung. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mendukung program dari
Presiden Prabowo Subianto yang sangat peduli kepada rakyat.
Pada akhirnya, janji lima rumah subsidi langsung diberikan kepada dua UMKM yang tumbuh bersama Piala Presiden, dua suporter yang memiliki loyalitas tinggi, dan satu rumah subsidi diberikan kepada wartawan yang selalu menyebarkan informasi luas kepada masyarakat.
Pada edisi 2025 yang diikuti empat tim lokal dan dua tim luar negeri, transparansi juga masih menjadi salah satu program yang ditonjolkan sejak awal kehadiran Piala Presiden. Total dana dari sponsorshipnya masuk mencapai Rp68 miliar yang terjamin oleh auditor Price Waterhouse Coopers (PwC).
Hadiah untuk para kontestan pun menjadi yang tertinggi selama 10 tahun dengan total hadiah sebesar Rp11,8 miliar. Port FC yang menjadi juara pada edisi kali ini kehadirannya meningkatkan level persaingan di atas lapangan bersama Oxford United. Ini adalah wujud bahwa Piala Presiden bukan hanya sebuah turnamen pramusim biasa, namun juga memberikan pelajaran untuk tim lokal agar bisa bersaing di kompetisi internasional.
"Kita ingin coba klub-klub kita itu kalau melawan tim luar negeri itu seperti apa kualitasnya? Karena kan kita selalu bilang, "
Oh, PSSI gimana sih kualitas liga?" Ya kan PSSI dengan segala keterbatasan. Liga itu kan ada mekanisme pengelolaannya sendiri," ujar Ketua PSSI Erick Thohir.
Eksistensi Piala Presiden selama 10 tahun tidak pernah surut. Terbukti dari jumlah penonton yang hadir, lebih dari 100 ribu penonton ingin menyaksikan langsung aksi dari para pemain mengolah si kulit bundar.
Pada
closing ceremony yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, panitia menyajikan hiburan untuk masyarakat baik yang hadir langsung atau para penonton di layar kaca. Sederet penyanyi papan atas seperti Isyana Sarasvati, Prince Poetiray, tarian drone, hingga tarian kebudayaan Nusantara menutup turnamen pramusim yang bergulir sejak 6-13 Juli 2025.
Kini 10 tahun Piala Presiden bukan hanya dirayakan untuk segelintir pihak. Tetapi, dirasakan juga manfaatnya oleh masyarakat luas.