25 November 2025 17:37
Genap 25 tahun mengudara, Metro TV telah mencatatkan jejak panjang sebagai satu dari sedikit media Indonesia yang berani mengirim jurnalis langsung ke medan perang dan wilayah konflik internasional. Komitmen ini bukan hanya untuk melaporkan kisah bangsa, tetapi juga merekam denyut dunia dan konflik global.
Sejak pertama mengudara, Metro TV memilih jalan yang membawa para jurnalisnya ke jantung konflik, seperti Perang Irak, Afghanistan, Libya, hingga invasi Rusia ke Ukraina. Komitmen ini bertujuan menghadirkan Indonesia pada percaturan global.
Metro TV menjadi salah satu media nasional pertama yang mengirim jurnalis langsung ke Irak pada 2005, menyaksikan langsung ledakan dan runtuhnya kota. Bahkan, ketika dua jurnalisnya, Meutya Hafid dan Budiyanto, sempat disandera kelompok bersenjata di Irak, liputan Metro TV tidak berhenti.
Meutya Hafid, yang kini menjabat Menteri Komunikasi dan Digital, mengenang momen tersebut dan menekankan pentingnya posisi jurnalis sebagai mata banyak orang di negeri ini. "Waktu itu kita berangkat ke Irak karena kita perlu perspektif Indonesia, tidak hanya dari media-media Barat. Metro TV komitmennya luar biasa untuk kemudian selalu mendapat perspektif yang sesuai dengan budaya-budaya kita," ujar Meutya Hafid, dikutip dari Newsline Metro TV, Selasa, 25 November 2025.
Menyuarakan kemanusiaan dan mencari solusi
Selain perang antarnegara, Metro TV juga hadir dalam konflik panjang seperti di Timor Leste, dan di Palestina, di mana suara bom menjadi detak harian. Liputan di Gaza tidak hanya berfokus pada kemanusiaan, tetapi juga kondisi nyata di lapangan. Jurnalis Wilayah Konflik Desi Fitriani menjelaskan, liputan di Gaza bertujuan mendapatkan gambar-gambar eksklusif, seperti terowongan bawah tanah, yang meningkatkan kesadaran publik internasional tentang kondisi di sana.
Pendiri Wahid Institute Yenny Wahid, menekankan bahwa media harus bertindak sebagai watchdog dan mengurai penyebab konflik.
"Media harus menjadi watchdog yaitu orang yang kemudian mengungkap penyebab-penyebab konflik, lalu melakukan investigasi. Dan kemudian menjadi media yang menyajikan solusi juga," kata Yenny Wahid. Ia juga menambahkan, akses media profesional ke zona konflik sangat penting karena mampu memperlihatkan langsung penderitaan rakyat yang tertutup aksesnya.
Pakar Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana, juga menegaskan betapa pentingnya liputan ini, terutama di tengah kondisi geopolitik global yang tidak stabil. Menurutnya, liputan Metro TV memberikan awareness kepada publik di Indonesia mengenai dampak konflik dunia terhadap dalam negeri.