Menengok Upaya Jerman Mengatasi Tingginya Sampah Pakaian Bekas

13 December 2025 11:20

Sampah pakaian bekas menjadi isu kontroversial di Jerman karena dinilai berperan dalam kerusakan lingkungan. Sekitar 1 juta ton pakaian bekas setiap tahunnya dibuang ke tempat sampah rumah tangga di Jerman

Menurut penelitian pencinta lingkungan setempat, produk yang dibuang ini membuat produsen pakaian terus membanjiri pasar di Jerman dengan bahan dasar yang tidak ramah lingkungan, seperti serat pohon dan bahan dasar plastik. Padahal, industri fesyen sendiri menyumbang antara 2 hingga 7 persen emisi karbon global, angka yang setara dengan sektor penerbangan bahkan bisa jadi dua kali lipat.

Untuk mengatasi hal ini, sejumlah toko retail produk fesyen dan pakaian membuat sistem penjualan produk yang memberikan akses pada pakaian bekas layak pakai. Hal ini terlihat dengan program penukaran pakaian bekas dengan kupon diskon dan dianggap bisa membuat masyarakat tergerak untuk menukarkan pakaian bekas mereka ketimbang membuangnya ke tempat sampah. 

Oleh toko-toko retail tersebut, pakaian-pakaian bekas ini nantinya akan diserahkan ke pabrik pakaian untuk didarur ulang. Langkah ini dinilai memiliki efek domino cukup besar pada pencegahan perusakan lingkungan akibat produk fesyen dan pakaian.
 

Baca juga: ASIK Fashion Connect 2025 Buka Jalan Pelaku Ekraf ke Pasar Global

Tantangan Keberlanjutan Industri Global

Secara global, industri fesyen menghadapi tantangan besar dalam mencapai target keberlanjutan. Investigasi DW bersama European Data Journalism Network menemukan bahwa 17 perusahaan fesyen terbesar di Eropa rata-rata hanya mencapai sekitar setengah dari target keberlanjutan yang mereka tetapkan.

Tantangan terbesar terletak pada proses produksi, mulai dari penanaman atau ekstraksi bahan baku serat, hingga pembuatan kain yang membutuhkan energi dan air dalam jumlah besar, serta bahan kimia. Kompleksitas rantai pasok, ditambah dengan peningkatan belanja pakaian secara daring, turut memperburuk jejak karbon industri ini.

Meski demikian, di tingkat Uni Eropa, upaya perbaikan terus dilakukan melalui regulasi seperti Corporate Sustainability Reporting Directive dan Green Claims Directive. Namun kedua regulasi ini mendapat penolakan dari beberapa pembuat kebijakan yang khawatir akan mengurangi daya saing bisnis di Eropa.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Anggie Meidyana)