18 November 2024 14:10
Di tengah berbagai isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan penutupan produksi di sektor tekstil, Badan Pusat Statistik atau (BPS) judtru mencatatkan peningkatan ekspor untuk tekstil dan produk tekstil (TPT). Peningkatan ini terjadi baik secara nilai maupun secara volume.
Nilai ekspor tekstil dan produk tekstil periode Januari hingga Oktober 2024 tercatat USD9,85 miliar atau sekitar Rp1,53 triliun, naik tipis 0,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Di periode yang sama, ekspor tekstil dan produk tekstil secara volume tercatat mengalami peningkatan 5,06 persen, mencapai 1,61 juta kilogram per meter.
Produk TPT dengan nilai ekspor terbesar adalah pakaian dan aksesori rajutan, diikuti pakaian dan aksesorinya bukan rajutan dan serat stapel buatan.
Selain itu, BPS mencatatkan pertumbuhan di sektor tekstil 7,43 persen year on year (YoY) pada triwulan ketiga 2024. Pertumuhan lapangan usaha subsektor tekstil terhadap PDB lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar -2,72 persen YoY.
Catatan positif ini disebutkan oleh Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia, didorong oleh kebijakan restriksi atau pembatasan perdagangan berupa safeguard atau bea masuk tindakan pengamanan atau (BMTP).