Menandai komitmen pemerintah dalam meningkatkan peran ayah dalam keluarga, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Wihaji meluncurkan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) di Gedung Islamic Center Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Kegiatan ini juga diselenggarakan dalam momentum Hari Kartini, 21 April, sebagai simbol kesetaraan, kemajuan perempuan, dan penguatan institusi keluarga di
Indonesia. Gerakan Ayah Teladan Indonesia merupakan bagian dari emansipasi, di mana Kartini sudah berjuang di zamannya untuk kesetaraan kaum perempuan, dalam konteks gender, mempunyai hak yang sama baik laki-laki maupun perempuan.
Peluncuran GATI dihadiri ratusan para pegiat dan komunitas Ayah Teladan di Majalengka, Jawa Barat. Berbagai program dari Gerakan Ayah Teladan Indonesia antara lain:
- Pendekatan kegiatan layanan konseling melalui website SiapNikah dan Satyagatra
- Pendekatan berbasis komunitas untuk para penggiat dan komunitas melalui wadah Konsorsium Komunitas Penggiat Ayah Teladan Indonesia (Kompak Tenan)
- Pendekatan melalui Desa/Kelurahan Ayah Teladan (Dekat) di Kampung KB
- Pendekatan melalui basis sekolah yakni Sekolah Bersama Ayah (Sebaya).
Bukan hanya inovatif, kegiatan ini juga sangat relevan dalam membentuk budaya pengasuhan yang berimbang dan berkeadilan gender. Termasuk dalam memastikan kebutuhan gizi keluarga melalui program Makan Bergizi untuk Ibu Hamil dan Menyusui.
Menteri Wihaji mengatakan pengasuhan anak yang efektif memerlukan partisipasi aktif kedua orang tua. Namun, statistik menunjukkan bahwa masih banyak anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah (fatherless) dalam hidup mereka.
Berdasarkan data UNICEF 2021, sekitar 20,9% anak di Indonesia tidak memiliki figur ayah, baik karena perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang mengharuskan mereka tinggal jauh dari keluarga. Survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun yang sama juga menunjukkan hanya 37,17% anak usia 0–5 tahun dibesarkan kedua orang tua secara bersamaan.
Melalui GATI, Wihaji mengungkapkan ingin membangun kesadaran bahwa kehadiran ayah dalam proses tumbuh kembang anak dan pendampingan remaja sangatlah penting. Hal ini menjadi kunci untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas yang akan melahirkan generasi-generasi yang berkarakter dan berkualitas.