Evaluasi Pelaksanaan Program MBG, dari Keterlambatan Hingga Tidak Adanya Susu

8 January 2025 19:15

Sejumlah kendala ditemukan dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis yang baru berjalan dua hari di berbagai daerah di Indonesia. Kendala itu di antaranya soal keterlambatan pengiriman makanan dan tidak ada susu dalam menu program.

Selama tiga hari pelaksanaannya ditemukan sejumlah kendala mulai dari keterlambatan pengiriman makanan hingga keluhan tidak ada susu. Dalam paket makanan di SMPN 12 Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Informasi yang didapatkan pihak sekolah makanan seharusnya tiba setiap pukul 11.00 WIB, namun makanan baru tiba di sekolah pada pukul 13.30 WIB.

Keterlambatan ini membuat siswa terlambat makan siang. Salah satu pihak penyedia makanan unit pelayanan Semarang II enggan berkomentar saat ditanya mengenai alasan keterlambatan.

Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sejumlah siswa SMPN 18 terpaksa jajan terlebih dahulu karena sudah lapar akibat penyaluran makan bergizi gratis terlambat dari jadwal yang ditetapkan. Makanan yang seharusnya disalurkan pukul 12.00 WIT baru tiba sekitar pukul 12.40 WIT.
 

Baca: Empat Dapur Disiapkan untuk Makan Siang Gratis di Jepara

Bagi siswa yang punya uang saku keterlambatan pembagian ini tidak menjadi jadi masalah, Namun bagi sebagian siswa lain keterlambatan ini membuat mereka harus menahan rasa lapar lebih lama.

Juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Prita Laura mengakui masih banyak perbaikan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan makan bergizi gratis. Prita juga menyatakan masukan masyarakat sangat dibutuhkan program yang baru berjalan tiga hari.

"Masih terus dalam berbagai evaluasi karena memang program ini sangat kompleks, detailnya begitu banyak dan juga lokasi dari program ini memiliki begitu banyak varian sehingga terus-menerus evaluasi dilakukan. Oleh sebab itu juga tentunya butuh juga masukan dari para penerima manfaat," kata Prita dalam Metro Hari Ini, Metro TV, Rabu, 8 Januari 2025.

Terkait tidak ada susu dalam menu makan bergizi gratis, Prita menyatakan pemerintah dalam hal ini berpatokan pada angka kecukupan gizi dan tidak harus selalu ada susu di dalamnya.

"Jadi yang perlu kita cermati bersama yang menjadi ukuran adalah angka kecukupan gizinya dan juga varian dari menunya bukan. Misalnya contonya susu itu bukanlah satu menu yang wajib karena angka kecukupan gizi dari protein hewan bisa digantikan oleh yang lain," sambungnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Diva Rabiah)