Lagu Asa Asmara menjadi lagu paling populer dari album Cita-Cinta yang dirilis oleh grup band Baila. Sejak dirilis 2 Oktober 2025, lagu tersebut telah didengar lebih dari 12,5 juta pemutaran di Spotify.
Capaian tersebut membuat nama Baila mulai banyak dikenal oleh para penikmat musik. Terutama para pengguna yang TikTok yang mungkin lebih familiar dengan lagu Asa Asmara.
Baila beranggotakan Alivia Tabita, Andrew Munthe, dan Omaraja Kaminaldi. Nama mereka diambil dari bahasa Spanyol, yang berarti menari dalam harmoni.
Nama ini menggambarkan harapan mereka agar setiap lagu bisa menghadirkan kebahagiaan dan semangat positif bagi pendengarnya.
Awal terbentuk
Baila awalnya terbentuk dari kolaborasi antara Andrew dan Omaraja, sebelum kemudian mengajak Tabita untuk memperkaya warna vokal grup. Kini ketiganya mulai menulis dan memproduksi lagu bersama.
“Awalnya cuma berdua, tapi rasanya kurang variatif. Jadi kami ajak Tabita supaya musiknya lebih berwarna,” ujar Andrew, dikutip dari Meet Nite Live Metro TV, Sabtu, 8 November 2025.
Mereka sepakat menyebut genre musiknya sebagai pop dengan sentuhan jazz dan
RnB. Karakter vokal yang berbeda dari tiap personel justru menjadi kekuatan mereka. Proses pembagian vokal pun dilakukan secara alami tanpa banyak perdebatan.
Seluruh lagu Baila ditulis dan diproduksi oleh ketiga personelnya. Mereka terlibat penuh dalam setiap tahap produksi. Mulai dari penulisan lirik, aransemen musik, hingga konsep visual.
Inspirasi musik mereka datang dari berbagai nama besar seperti
Michael Jackson, Maliq & D'Essentials, HIVI!, hingga Glenn Fredly. Meski banyak terinspirasi dari musisi senior, BAILA tetap ingin menghadirkan identitas yang mencerminkan jiwa muda mereka.
Cita-Cita Cinta gambarkan perjalanan emosi anak muda
Cita-Cita Cinta, sebagai
mini album perdana mereka, berisi lima lagu yang menggambarkan fase perjalanan cinta anak muda, dari jatuh cinta, galau, hingga belajar menerima kenyataan.
Lagu Asa Asmara menjadi pembuka perjalanan itu. Mengajak pendengar untuk berani mengungkapkan perasaan.
Lagu berikutnya, Mau Sampai Kapan, menggambarkan fase ragu dalam hubungan. Disusul Kamboja yang menceritakan masa-masa bahagia bersama pasangan.
Garis Tangan hadir dengan tema yang lebih dewasa, menyoroti hubungan yang tetap bertahan meski diwarnai pertengkaran. Lagu penutup berbicara tentang bangkit dari keterpurukan dan menemukan harapan baru.
Ketiganya bertekad untuk terus berkarya dan membawa semangat muda dalam industri musik Indonesia.
“Kami ingin tetap bermusik puluhan tahun ke depan dan terus menyampaikan pesan positif lewat karya kami,” ujar Andrew.
(Aulia Rahmani Hanifa)