19 July 2023 17:16
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebut puncak fenomena El Nino diprediksi terjadi pada Agustus hingga September mendatang. Kondisi itu berpotensi menyebabkan kekeringan hingga berdampak terhadap ketahanan pangan.
Hal itu disampaikan Dwikorita usai menghadiri rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), membahas antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman fenomena iklim El Nino di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 18 Juli 2023.
"Tadi sudah dikoordinasikan antisipasinya sudah dimulai sejak bulan Februari April itu sudah berjalan perlu diperkuat," ujar Dwikorita.
Dwikorita menyebut pihaknya bakal menyosialisasikan ke masyarakat upaya mencegah terjadinya kekeringan. Salah satunya dengan mengatur tata kelola penggunaan air.
"Kemudian juga beradaptasi terhadap pola tanam, juga terus memonitor perkembangan ifnformasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu ke waktu dari BMKG," jelasnya.
Dwikorita menjelaskan ancaman kekeringan tidak terjadi di seluruh daerah. Sebagian wilayah Indonesia justru dibayangi potensi bencana hidrometeorologi atau banjir.
"Karena wilayah Indonesia ini dipengaruhi oleh dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa, masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi," bebernya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya telah menyiapkan beberapa daerah penyangga dampak El Nino dari sisi ketahanan pangan. Daerah tersebut berada di Jawa dan luar Jawa.
"Tiga di Jawa, kemudian Sumtra Selatan (Sumsel), Sumatra Utara (Sumut), Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selata. Daerah daerah yang kita berharap yang masih ada lahan gambutnya," ujar Syahrul ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Juli 2023.
Syahrul meminta kepala daerah yang wilayahnya menjadi penyangga ancaman kekeringan dapat mempersiapkan secara matang. Ia juga menyebut ada 500 ribu hektare lahan di enam provinsi yang akan dimaksimalkan penanamannya untuk menghadapi El Nino.
"Ini kita akan mengambil langkah serempak pada Agustus, dan kita berharap kurang lebih 500 ribu hektare energi baru atau yang di engine dari kita menghadapi El Nino," jelas dia.
El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.