13 August 2023 14:59
Belum lama ini desainer ternama Mel Ahyar menggelar fashion show bertajuk Mel Ahyar Annual Show 2023 dengan tema Kultulibrasi. Kultulibrasi sendiri adalah menemukan titik antara keseimbangan budaya, sebagaimana cara kita mencari pijakan keseimbangan dan keharmonisan di atas negosiasi konflik-konflik demi regenerasi, relevansi dan legasi.
Pagelaran ini dibuka dengan koleksi RIKURIKU dari HAPPA dan XY. Koleksi ini terinspirasi dari cerita di balik ukiran Suku Asmat.
RIKURIKU tampil membawa maskulinitas pria Asmat yang memahat kayu yang terlihat dalam motif garis-garis floral yang rimbun maupun fauna, seperti lekuk ukiran kayu. Palet warna earthy diambil dari lukisan wajah khas Asmat yang menggunakan pewarna alami merah tanah, putih bubuk cangkang kerang dan hitam arang tumbuk.
Hidangan utama dari acara ini tampil koleksi Mel Ahyar Archipelago yang mengusung wastra Nusantara: Batik Gedog Tuban 'Onomatope', Tapis Lampung ‘Mulang Tiuh’, dan Medan as The Melting Pot. Ketiganya menghadirkan angle regenerasi budaya secara berbeda.
Gedog Tuban yang merupakan batik tulis di atas kain tenun, statusnya cukup critically endangered sehingga Mel menyuguhkannya hampir secara ‘utuh’ sebagai bahan baku utama.
Sedangkan ‘Mulang Tiuh’ mengambil craftsmanship tapis dan sulam usus Lampung di atas kain dan motif modern. Lain-lagi Medan yang diangkat sebagai melting pot berbagai wastra khas Sumatera Utara seperti songket Melayu, ulos Batak, dan lain-lain.
Sebagai pamungkas rangkaian koleksi Mel Ahyar Fall/Winter 2023-2024 mencerminkan kejelian mata Mel Ahyar memotret fenomena dua dimensi dinamika budaya yang senantiasa berkonflik: dimensi horizontal yang merupakan sebagai medan pertemuan aspek teknologi, geografi hingga sosio-ekonomi, serta dimensi vertikal yaitu lintas-generasi.
Siluet dalam koleksi ini dipengaruhi mode 1940-2000-an serta kebaya dengan potongan volume yang tegas, geometris, dan asimetris. Terlihat juga dari padu-padan aneka elemen details berbagai dekade dalam tiap piece nya. Detail yang dipergunakan adalah detail bunga 3D dari mika, sulaman tangan, sulam usus, tapis, serta efek dari bunga yang diawetkan.
Lewat show ini Mel Ahyar berinisiatif untuk mengembangkan Wastra Nusantara sebagai sumber daya kreativitas terbarukan. Sebab Mel yakin budaya itu sifatnya harus dipelajari, tidak bred in the bone.