NEWSTICKER

Rapuhnya Ketahanan Bencana

22 November 2022 08:21

Setiap bencana datang, seketika itu pula korban jiwa berjatuhan. Kondisi yang selalu terjadi Indonesia itu seakan tidak pernah menemukan solusi dengan formula yang paten. Kesiapsiagaan untuk melakukan mitigasi selalu gagal, bencana di negeri ini terus menelan korban jiwa. 

Meskipun bangsa ini telah lama hidup dengan bencana, upaya menangani bencana kerap terlambat, parsial, dan cenderung berpola seperti pemadam kebakaran. Ketika bencana datang, semua seolah terjadi seperti tiba-tiba, padahal prediksi kebencanaan telah diketahui sejak lama. 

Untuk kesekian kalinya, gempa melanda negeri ini dan untuk kesekian kalinya pula banyak korban jiwa berjatuhan. Bukti bahwa bangsa ini tampaknya masih sulit belajar dalam upaya mitigasi bencana. Kondisi itu membuat ketahanan bencana di bangsa ini sangat rapuh. 

Gempa bermagnitudo 5,6 pada skala Richter berpusat di Cianjur, Jawa Barat, menelan 162 korban jiwa dan 700 orang lebih mengalami cedera yang sebagian besarnya disebabkan tertimpa oleh reruntuhan bangunan, Senin (21/11/2022). Gempa yang disebabkan gerak sesar Cimandiri itu dirasakan hingga Jakarta dan Bandung. 

Untuk kesekian kalinya bangsa ini kembali berduka. Nestapa kini menyelimuti warga yang terdampak, rumah mereka hancur sehingga harus tinggal di tenda-tenda pengungsian, keluarga mereka masih ada yang belum ditemukan. 

Begitu juga dengan upaya penanganan korban luka-luka. Fasilitas kesehatan di Cianjur saat ini mengaku kekurangan dokter tulang karena banyaknya korban yang mengalami patah tulang karena tertimpa oleh bangunan yang roboh akibat gempa. 

Tragedi itu mestinya menjadi peringatan keras bagi seluruh pemangku kepentingan agar mulai serius untuk mengadaptasi mitigasi bencana. Apalagi, sebagian besar wilayah Indonesia, baik karena letak geografis maupun karakter geologinya, memiliki potensi bencana. 

Letak Indonesia yang berada di kawasan cincin api Pasifik membuat negeri ini selalu dalam bahaya yang disebabkan gempa. Tahun lalu, tidak kurang dari 25 gempa bumi terjadi. Tahun ini juga tidak berbeda jauh, dari awal 2022 hingga awal bulan ini saja sudah dilanda 22 gempa. 

Belum lagi bencana alam lainnya, seperti banjir, longsor, tsunami, letusan gunung berapi, juga cuaca ekstrem yang dampaknya juga tidak kalah dahsyat. BNPB memverifikasi 5.402 kejadian bencana sepanjang 2021 dan tahun ini telah mencapai 3.052 peristiwa bencana alam di seluruh Indonesia. 

Kondisi itu sebenarnya menuntut penguatan ketahanan bencana yang lebih baik lagi di negeri ini. Bencana ialah keniscayaan. Potensinya sudah diketahui, wilayah rawan bencana sudah bisa dipetakan, tetapi waktunya saja yang belum bisa dipastikan dengan jitu. 

Namun, dengan data pemetaan bencana saja, upaya mitigasi bisa maksimal dilakukan. Misalkan daerah rawan gempa mesti dibangun rumah tahan gempa, begitu juga wilayah potensial tsunami mesti dilarang untuk permukiman. 

Kondisi alam yang berpotensi memicu bencana tidak bisa dikontrol siapa pun. Namun, pemerintah baik pusat maupun daerah punya otoritas penuh untuk membuat serangkaian kebijakan agar menekan dampak bencana seminim mungkin. 
Politik kebencanaan harus benar-benar ditegakkan. Dari sisi regulasi, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana sejatinya sudah ada. Terapkan semua aspek penanganannya tanpa ada terkecuali. 

Siapkan anggaran mitigasi yang memadai, baik di pemerintah pusat maupun daerah. Di sektor pendidikan baik tinggi maupun dasar, berikan sosialisasi kesiapan bencana yang tersistem. Peningkatan literasi kebencanaan juga penting untuk memperkukuh ketahanan bencana bangsa ini.

Sumber: Media Indonesia