Presiden Amerika Serikat Donald Trump meluncurkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran di tengah memanasnya konflik antara Iran dan Israel. Keterlibatan langsung Amerika dalam perang tersebut memicu kekhawatiran pasar global dan membuat investor bersiap menghadapi lonjakan harga minyak.
Kepala Investasi Potomac River Capital, Mark Spindel, menyatakan bahwa ketegangan geopolitik ini meningkatkan ketidakpastian pasar dan volatilitas harga minyak. Menurutnya, hal itu bisa memicu inflasi yang lebih tinggi, meredam kepercayaan konsumen, serta memperkecil peluang penurunan suku bunga jangka pendek.
Sejak 10 Juni 2025, harga
minyak mentah Brent—acuan global—telah melonjak 18 persen dan mencapai level tertinggi dalam hampir lima bulan terakhir. Dalam skenario terburuk, harga minyak dunia diperkirakan bisa menyentuh USD 130 per barel, yang berpotensi mendorong inflasi Amerika Serikat mendekati 6 persen pada akhir tahun.
Namun, mitra pengelola di Harris Financial Group, Jamie Cox, menilai harga minyak bisa segera stabil. Apabila Iran bersedia menjalin kesepakatan damai dengan Israel dan Amerika Serikat.
(Tamara Sanny)