6 March 2024 11:57
Partai Persatuan Pembangunan kini tengah harap-harap cemas menanti hasil rekapitulasi suara untuk melenggang ke Senayan. Pasalnya, PPP menargetkan setidaknya 19 kursi di Senayan, sama dengan pada periode sebelumnya. Target tak muluk-muluk itu dipandang realistis di tengah makin menurunnya perolehan suara PPP di tengah himpitan lonjakan suara Partai Solidaritas Indonesia.
Dalam sejarah Pemilu setidaknya sejak 1999, PPP kian mengalami penurunan suara yakni di 1999 memperoleh 10,71% suara, tahun 2004 8,16% suara lalu tahun 2009 5,33% suara. Suara PPP sempat naik di tahun 2014 menjadi 6,53%, tapi kembali turun di tahun 2019 menjadi 4,52%.
Dalam Pemilu kali ini, hampir di setiap hasil survei, elektabilitas PPP disusul PSI tidak akan lolos ambang batas parlemen atau di bawah 3%. Dari survei LSI pada Januari 2024 misalnya, elektabilitas PPP yakni 2,3?n PSI 2,2%. Lalu, hasil survei Indikator Politik pada Februari 2024, PPP 2,2?n PSI 2,0%. Terakhir, survei Litbang Kompas di akhir 2023, elektabilitas PPP 2,4?n PSI 2,6%.
Sementara, hasil real count KPU RI per 5 Maret 2024, elektabilitas PPP hanya naik tipis yakni 4,01%. Angka itu belum melampui hasil suara di Pileg 2019 meski hasil resmi belum keluar. Hal yang membuat publik dan PPP terkejut beberapa waktu terakhir adalah, suara PSI yang meroket menjadi 3,13%.
Inilah yang barang kali menimbulkan kecurigaan bagi PPP yakni adanya oknum yang memiliki akses untuk melakukan pengelembungan suara PSI. PPP sendiri sudah buka suara.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP) Achmad Baidowi menyebut sudah mendengar dugaan ada operasi pemenangan PSI bahkan sebelum pemilu.