Was-Was Gara-Gara Harga Beras

28 February 2024 16:52

Jutaan ton impor beras belum juga mampu menahan laju harga beras yang melambung tinggi. Di sisi lain, mahalnya harga beras tidak menguntungkan petani. Apalagi sejumlah lahan malah diserang hama.

Samiran resah tanaman padinya terserang hama wereng. Petani dari Desa Ngariboyo, Magetan, Jawa Timur, ini kalut sebab hasil taninya jadi menurun hingga separuhnya. Lebih-lebih, melambungnya harga beras juga tidak dirasakan untungnya oleh para petani. 

"Kalau parah (terserang hama) hampir separuh," kata Samiran. 

Di sisi lain, elite pemerintah menjanjikan ketersediaan beras dengan menargetkan tanam padi 1 juta hektare per bulan. Pertanyaannya, mampukah pemerintah mencapai target itu di tengah musim penceklik berkepanjangan?

“Tanaman kita di bulan Desember, Januari, Februari itu kurang lebih di atas satu juta hektare. Artinya apa? Produksinya itu 3,5 juta ton diperkirakan di bulan Maret, kemudian bulan April dan Mei itu di atas daripada kebutuhan, jadi insyaallah aman,” ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. 

Baca juga: Gagal Total Mitigasi Pangan

Pakar pertanian Khudori menilai, pemerintah harus memenuhi syarat untuk mencapai target tanam. Seperti kecukupan air untuk irigasi, di mana pemerintah menjanjikan upaya pompanisasi tapi akibat musim panceklik ketersediaan air pun berkurang. 

Selain itu harus cukup pupuk yang kini harganya masih mahal dan cukupnya benih yang berkualitas. Diketahui target musim tanam Oktober 2023 hingga Maret 2024 yakni 6,38 juta hektare. Namun menurut data BPS, luas panen hanya 3,6 juta hektare atau separuhnya lebih sedikit. 

Guyuran bansos jorjoran oleh Presiden Joko Widodo jelang Pemilu dinilai menjadi salah satu muasal menipisnya stok beras. Impor beras jutaan ton pun belum juga mampu menahan laju kenaikan harga beras. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Sofia Zakiah)