21 July 2023 19:15
Meski pun periode pertumbuhan ekonomi yang belakangan ini relatif tinggi, apalah gunanya jika di balik semua itu masih ada momok yang bernama ketimpangan ekonomi. Itulah yang selalu menjadi kegelisahan bakal calon presiden Anies Baswedan.
Dalam sebuah forum diskusi di Jakarta, Anies menilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidaklah cukup, ketika jarak antara yang kaya dengan yang miskin semakin melebar.
"Jangan sampai angka pertumbuhan ekonomi kita tinggi, tetapi rumah tangga-rumah tangga kita tidak merasakan pertumbuhan ekonomi itu." ungkap bakal calon presiden, Anies Baswedan.
Kegelisahan mantan Gubernur DKI Jakarta itu, sebetulnya sudah terefleksi dari data yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS). Dari catatan BPS tingkat ketimpangan berdasarkan gini ratio di desa dan perkotaan naik dari sebelumnya 0,381 kini meningkat ke 0,388.
Ketimpangan terasa di perkotaan karena rasio gini yang naik dari 0,402 menjadi 0,409. Sementara ketimpangan di desa stagnan dan trennya cenderung turun sejak September 2019.
Sebelum data BPS tersebut dirilis, Anies juga telah menampilkan potret ketimpangan di kota-kota di Indonesia dengan visualisasi malam hari.
Ketimpangan yang melebar menjadi indikasi pemerataan ekonomi yang belum merata. Apalagi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang banyak dialami oleh warga kategori miskin dan rentan miskin pada saat pandemi covid-19 lalu tentunya turut menekan tingkat konsumsi kelompok masyarakat tersebut.