Dedikasi Penjaga Pintu KA Rela Tidak Lebaran Demi Keselamatan Warga

Berkumpul bersama keluarga menjadi momen yang dinanti saat lebaran tiba. Namun, tidak semua orang bisa merasakannya. Ada profesi tertentu yang mengharuskan mereka untuk tetap menjalankan tanggung jawab meski saat lebaran, salah satunya penjaga pintu perlintasan kereta api.

Selama 10 tahun, Didik Sarjono bertugas sebagai penjaga pintu perlintasan KA di Jalur Perlintasan Langsung Lima, yang berdekatan dengan Stasiun Gubeng, salah satu Stasiun tersibuk di Daop 8 Surabaya.
 
Meski terlihat sederhana, pekerjaan sebagai penjaga pintu perlintasan KA memiliki tanggung jawab besar, karena harus mengamankan perjalanan KA, sekaligus menjaga keselamatan pengguna jalan yang melintas.

Didik Sarjono harus sigap mengantisipasi arah datangnya KA. Ia pun harus menghafal jadwal KA yg melintas, meski tersedia seperangkat alat kerja penginformasian kedatangan kereta. Kemacetan lalu lintas, kendaraan mogok di perlintasan hingga pengendara bandel, menjadi makanan sehari-hari.
 
"Sukanya, kerjanya sih gak seberapa, cuma tanggung jawabnya besar. Kalo dukanya, misal ada mobil mogok, kemacetan, pohon tumbang di tengah jalur itu dukanya," ujar Didik Sarjono. 
 
Pekerjaan sebagai penjaga perlintasan KA memang cukup berisiko. Namun, komitmen pada tugas dan tanggung jawab, membuatnya betah menjalani profesi ini. Meski harus mengorbankan kebersamaan dengan keluarga demi panggilan tugas, Sarjono mengaku, keluarga memaklumi profesi yang telah menghidupinya selama bertahun-tahun.

"Hati kita sedih nggak bisa pulang kampung. Gimana lagi, toh tanggung jawab kita di kerjaan. Keluarga tergantung pemimpin rumah tangga. Istri sama anak ikut saja. Kalau nggak lebaran, ya diikuti saja, nggak ada yg protes atau marah," jelas Sarjono. 
 
Walaupun ia sendiri terhalang untuk berkumpul bersama keluarga, Sarjono tetap bangga bisa menjadi bagian yang berperan dalam mengantarkan para penumpang, agar selamat di tempat tujuan dan bertemu keluarga.