28 September 2025 11:25
Sejak hidup di jaman penjajahan Belanda, Try Sutrisno menjadi tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya yang berjuang membela NKRI.
Perjalanan hidupnya justru semakin sukses saat masuk ke militer dan menjadi ajudan Presiden Soeharto. Bahkan, hingga dipercaya menjadi Wakil Presiden periode 1993-1998.
Pengalaman diskriminasi saat era Belanda membatasi akses pendidikannya, memaksanya bersekolah di Sekolah Dasar Angka Dua (Ongkoloro) alih-alih di HIS. Ketika usianya baru 10 tahun, ia harus mulai mencari nafkah untuk ibu dan adik-adiknya setelah ayahnya bergabung dalam perjuangan melawan Sekutu di Surabaya.
Ia menjual air kendi, koran, hingga rokok, menunjukkan semangat kemandirian yang tinggi. Pengalaman ini berlanjut saat ia mengungsi ke Kediri dan berpartisipasi sebagai "tobang" (pelayan) bagi para pejuang, di mana ia membersihkan senjata dan melayani kebutuhan para tentara, yang membentuk karakternya melalui perjuangan dan disiplin sejak usia muda.
Setelah melalui masa perjuangan, ia memilih berkarier di Angkatan Darat, termotivasi oleh kekagumannya terhadap semangat juang tentara yang serba kekurangan dan keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan ke fakultas.
Baca: Wapres Gibran Silaturahmi ke Kediaman Try Sutrisno |