Kain perca atau potongan kain sisa produksi garmen yang biasanya dibuang, kini disulap menjadi produk bernilai jual tinggi oleh warga Dusun Banggan, Desa Sukorno, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Beragam produk fesyen dan home decor dari kain perca ini tidak hanya menghiasi toko kerajinan lokal Yogyakarta, tetapi juga berhasil menembus pasar ekspor hingga ke Eropa.
Produk bernilai rupiah ini merupakan kreasi Beni Triyono, yang juga merupakan pemilik usaha. Awalnya, Beni memproduksi sarung bantal dengan memanfaatkan kain batik utuh yang kemudian dipotong menjadi bagian-bagian kecil.
Namun setelah mendapatkan dari rekannya, ia mulai beralih menggunakan kain perca yaitu sisa potongan kain dai produksi pakaian batik. Dari inovasi inilah, usahanya berkembang dan menghasilkan beragam produk, mulai dari sarung bantal, baju tenun, tas, taplak meja, jaket, bed cover, hingga topi.
Beni mendapatkan pasokan kain perca secara stabil dari Kota Pekalongan. Dalam menjalankan usahanya, Beni dibantu oleh sekitar 30 orang pekerja, yang sebagian besar merupakan tetangganya. Jika dahulu para pekerja disatukan di satu rumah produksi, saat ini mereka diberi fleksibilitas untuk membawa pekerjaan tersebut pulang ke rumah masing-masing.
"Kita punya pemikiran batik ini gimana kalau kita sambung aja. Jadi karena sisanya banyak juga nanti jadinya itu kainnya itu kita sambung-sambung lagi dan prosesnya itu memang sangat panjang sekali," ujar Beni dikutip dari
Newsline Bisnis, Metro TV, Jumat, 14 November 2025.
Produk kerajinan
kain perca buatan rumah produksi Beni Triyono dipasarkan dengan harga yang cukup terjangkau, mulai dari yang termurah senilai Rp10 ribu hingga Rp300 ribu Produk-produk ini dapat dibeli di berbagai toko oleh-oleh khas Jogja, seperti di sepanjang Jalan Malioboro dan Teras Malioboro, serta dipasarkan ke Jakarta dan Bali. Bahkan, Beni mengirim produknya ke luar negeri, yakni ke Jerman, sebanyak tiga kali dalam setahun, dengan sekali kiriman bisa mencapai 900
pieces (pcs).
(Muhammad Fauzan)