7 December 2023 14:34
Benget Hasiholan Mare Mare menjadi salah satu pendaki yang selamat dari erupsi di Gunung Marapi, Sumatera Barat. Ia mendaki bersama sembilan teman lainnya yang tegabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Riau.
Benget menceritakan awal mula erupsi di Gunung Marapi ketika ia dan rombongan dalam perjalanan turun. Rombongan Benget terdiri dari 10 orang dan dibagi menjadi tiga kelompok kecil dalam perjalanan turun tersebut.
"Pas erupsi terjadi, tiba-tiba mendengar suara petir. Ketika mendengar suara petir, adik-adik saya langsung bilang 'ada petir' dan satu nyaut 'ada helikopter' karena angin tiba-tiba kencang," kata Benget dalam tayangan Metro Siang, Metro TV, Kamis, 7 Desember 2023.
"Saya terdiam karena saya merasa itu bukan suara petir, saya dengarkan lagi, suaranya itu sangat sakit di telinga, lalu saya bilang kepada adik-adik saya 'ini erupsi bukan suara petir, ayo lari cepat'," sambungnya.
Setelah mendengar suara erupsi Gunung Marapi, dia dan bersama teman-temannya langsung berlari secepat-cepatnya. Suara erupsi, kata Benget, terdengat sangat besar.
"Setelah suara meledak, tiba-tiba hujan batu, betunya gede-gede banget," ujar Benget.
Ketika erupsi semakin membesar hingga menyebabkan hujan vulkanik dan hujan batu, Benget bersama dua temannya semakin kencang berlari. Ia tidak menunggu rombongan di belakang karena kondisinya sudah bahaya.
"Lari hingga arah peninjauan ada warung, kami menunggu romboongan lain di warung tersebut," ungkapnya.
Setelah hujan batu reda, Benget dan temannya kembali berlari ke bawah tanpa berhenti. Bahkan, kaki salah satu temannya terkilir.
"Kebetulan karena kami sudah panik, kami langsung lari secepat mungkin ke bawah," beber Benget.
Ketika sampai di Pos BKSDA, Dia pun akhirnya bertemu dengan tim yang ingin melakukan evakuasi.