24 April 2025 11:36
Sri Mulyani menyampaikan pemerintah akan terus aktif memitigasi gejolak perang dagang dunia termasuk melalui negosisasi dan komunikasi dengan Amerika Serikat (AS). Ia juga meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5%.
“Pemerintah AS menunda pemberlakuan tarif resiprokal selama 90 hari untuk negara-negara yang tidak melakukan retaliasi. Namun terhadap negara-negara tersebut terdapat tarif dasar yang sifatnya universal yaitu 10% tetap diberlakukan. Sedangkan, pada triwulan I 2025, ekonomi Tiongkok masih mengalami pertumbuhan yang baik. Ekonomi Tiongkok diperkirakan akan terdampak akibat ketegangan perdagangan yang terjadi. Berdasarkan perkembangan tersebut, indonesia akan terus meningkatkan kewaspadaannya di dalam menghadapi dinamika perekonomian global,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan hari ini, Kamis, 24 Maret 2025.
“Pemerintah akan terus aktif melakukan mitigasi awal termasuk melalui proses negosiasi dan komunikasi dengan Pemerintah AS dan juga sesuai arahan dan instruksi Presiden Prabowo melanjutkan deregulasi terutama dengan menghilangkan hambatan nontarif antar berbagai seluruh kementerian lembaga (K/L),” tambahnya.
Pemerintah juga akan memperkuat permintaan domestik agar pasar tetap terjaga melalui kebijakan fiskal dan moneter yang selaras. Sri Mulyani juga menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonsia pada triwulan I 2025 akan tetap positif.
“Indonesia diperkirakan dapat mengendalikan dampak negatif ketidakpastian global, tetap menjaga stabilitas sistem keuangan, serta memelihara momentum pertumbuhan ekonomi. Ke depan ekonomi indonesia akan berpeluang untuk terus tumbuh secara berkesinambungan,” ucapnya.
Baca: Perang Tarif Memperburuk Tingkat Utang, IMF: Negara di Dunia Bakal Gemar 'Ngutang'! |