30 November 2025 23:21
Badan Narkotika Nasional (BNN) terus berupaya memerangi peredaran narkoba yang masih menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa. Namun, di balik ketegasan hukum terhadap para pengedar dan bandar, BNN mengedepankan wajah humanis dalam menangani para korban penyalahgunaan narkotika.
Dalam wawancara eksklusif Primetime News bersama Kepala BNN RI, Komjen Pol Suyudi Ario Seto, di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor, terungkap strategi baru BNN dalam merangkul korban agar berani pulih tanpa rasa takut.
Suyudi menyoroti bahwa prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia masih fluktuatif, dengan angka mencapai 3,3 juta jiwa pada tahun 2023 atau sekitar 1,73?ri total populasi. Angka ini menjadi alarm bahwa upaya rehabilitasi sama pentingnya dengan penegakan hukum.
Rehabilitasi Bukan Penjara, Tapi Rumah Pemulihan
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi BNN adalah stigma negatif di masyarakat yang menganggap tempat rehabilitasi sebagai lokasi yang menyeramkan atau bahkan tidak manusiawi. Suyudi dengan tegas menepis anggapan tersebut.
"Inilah stigma yang keliru, yang mungkin sengaja di-blow up oleh bandar-bandar jahat supaya korban takut direhabilitasi dan barang haram mereka tetap laku," ujar Suyudi.
Faktanya, fasilitas di Balai Besar Rehabilitasi Lido dirancang layaknya rumah yang nyaman. Di sana terdapat Gedung Sadana sebagai asrama klien, ruang konseling, sarana olahraga, hingga fasilitas pengembangan diri. Suasana yang asri dan udara sejuk pegunungan mendukung proses pemulihan fisik dan mental para klien.
Suyudi menekankan bahwa seluruh biaya rehabilitasi di BNN ditanggung penuh oleh negara alias gratis. Hal ini untuk memastikan tidak ada hambatan ekonomi bagi siapa pun yang ingin sembuh.
Tidak hanya fokus pada pemulihan ketergantungan zat, BNN juga membekali klien dengan keterampilan hidup. Di Lido, terdapat program greenhouse Kebun Bersinar untuk pertanian organik dan kedai kopi BroBrew dengan tagline unik Sembuh Sambil Nyeduh.
Di kedai kopi tersebut, para klien dilatih menjadi barista profesional. "Harapannya setelah keluar, mereka memiliki skill untuk bekerja kembali, berpenghasilan, dan produktif sehingga tidak kembali ke dunia narkotika," jelas Suyudi.
Ananda Bersinar: Fokus pada Generasi Muda
Sebagai langkah preventif jangka panjang, Suyudi menginisiasi program prioritas Ananda Bersinar (Aksi Nasional Anti Narkotika Dimulai dari Anak Bersih Narkoba). Program ini menyasar generasi muda dan keluarga sebagai unit sosial terkecil untuk membangun ketahanan terhadap bahaya narkoba, demi menyongsong Indonesia Emas 2045.
Menutup perbincangan, Jenderal bintang tiga ini berpesan agar masyarakat berhenti memberikan stigma buruk kepada pengguna narkoba.
"Jangan pernah menganggap pengguna narkoba adalah aib. Mereka bukan musuh negara, tapi saudara kita yang harus diselamatkan. Rehabilitasi bukan hukuman, tapi jalan menuju kesembuhan," pungkasnya.