PDI Perjuangan terus memburu penyebar spanduk yang menyerang Ketua Umum mereka, Megawati Soekarnoputri. PDIP menyebut, serangan berbentuk spanduk jelang kongres adalah upaya yang sistematis dan terstruktur.
Sejumlah spanduk dengan narasi Megawati Ketum Ilegal belakangan muncul di beberapa daerah. Kendati spanduk ini sudah dicopot, tapi PDIP mendorong kepolisian untuk mengusut siapa aktor di balik pemasangan spanduk tersebut.
"Soal spanduk kami menyerukan kepada polisi agar mencari tahu siapa aktor di belakang itu karena misalnya kami melihat banyak spanduk itu dipasang di daerah-daerah strategis bahkan ring dua seperti Kuningan, Rasuna Said dan sebagainya yang tidak mungkin dilakukan masyarakat biasa," ucap Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus.
PDIP menduga aktor di balik pemasangan spanduk-spanduk itu adalah pihak yang merespons keputusan Megawati di partai, terutama yang terkait dengan langkah Megawati menindak kader yang dianggap tidak sejalan lagi dengan konstitusi.
Kemunculan spanduk ilegal yang menyerang PDI Perjuangan seolah mengkonfirmasi apa yang disampaikan Megawati Soekarnoputri bahwa jelang kongres tahun depan akan ada pihak-pihak yang ingin mengawut-awut jalannya kongres.
Analis politik Adi Prayikno menyebut, elite PDIP harus mewaspadai kondisi ini dan menyebut kejadian spanduk merupakan siaga satu bagi PDIP. Dalam situasi ini, soliditas dan konsistensi PDIP sedang diuji jika ada pihak yang mengganggu.
"Spanduk yang saya kira bermunculan di mana-mana itu bukan lahir dalam ruang kosong, tapi memang sengaja untuk memberikan satu pesan politik bahwa Megawati dan kepengurusan saat ini adalah kepengurusan yang tidak sah (delegitimage) dan tidak pantas disebut sebagai kepengurusan partai. Jadi ini adalah pesan-pesan politik yang menurut saya menjadi penting untuk diperhatikan, sehingga PDIP mengatakan siaga satu. Ibarat kita itu akan menghadapi banjir, ini kan sebenarnya tinggal nunggu waktu akan ada badai besar yang sebenarnya akan menghampiri PDIP," jelas Adi.