Kisah Dosen Ubaya Koleksi Ratusan Piring dari Puluhan Negara

Dosen Universitas Surabaya (Ubaya) memiliki hobi unik, yakni mengoleksi ratusan piring dari berbagai negara di dunia yang dikunjunginya sebagai cenderamata. Semua koleksi piringnya kini dipajang dengan rapi dan bersih di rak dinding ruang keluarga.

Bagi sebagian orang, mengunjungi berbagai negara dengan budaya yang berbeda biasanya diabadikan melalui video maupun foto untuk dikenang. Namun, berbeda dengan yang dilakukan Liliana Inggrit Wijaya.

Dosen Prodi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya ini mengaku, sejak menikah pada 1989, ia bersama suaminya, Daniel Gunawan secara konsisten mengumpulkan piring dari berbagai negara yang dikunjungi sebagai cenderamata. Di antara koleksi piringnya, terdapat juga koleksi piring dengan campuran emas yang  dipajang di dalam almari jam hias.

Bagi Lili, piring-piring dengan keunikan yang berbeda dari tiap negara mampu membuatnya mengingat memori perjalanan bersama suaminya. Seperti pada kunjungannya ke Norwegia, ia mendapat piring berbeda pada kunjungan pertama dan keduanya.
 
Meskipun akhirnya harus membayar biaya cetak seperti plakat lebih mahal, keduanya tetap senang dengan koleksi piringnya tersebut. Saat ini, ada sekitar lebih dari 300 piring yang ia kumpulkan dari 30 negara berbeda.

Piring khas tiap negara kini menjadi koleksi wajib setiap kali travelling. Ketika berkunjung ke kota atau tempat wisata, mereka pun membeli piring-piring dengan simbol atau ikon khas kota tersebut.
 
Bahkan, pasutri ini mengaku saat traveling mereka rela tidak membeli benda apapun dan hanya membeli piring. Untuk mencari piring unik, biasanya mereka pesan khusus ke tour guide untuk nantinya dibawa ke tempat jual souvenir.

Mereka berharap bisa menjelajah ke negara lain yang belum dikunjungi untuk menambah koleksi piring uniknya. Setiap tahunnya, pasutri ini menargetkan untuk travelling ke dua negara berbeda. 

Selain koleksi piring dari lima benua, cenderamata lain yang unik juga turut dipajang di sepanjang dinding ruang keluarga. Bahkan, sebagian masih tertumpuk di lantai dua rumahnya.