Menanggapi permasalahan polusi udara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home untuk 50% aparatur sipil negara (ASN) sejak Senin, 21 Agustus lalu. Namun langkah mengatasi polusi udara di Jakarta ini tampaknya belum berhasil.
Buktinya kualitas udara di Jakarta masih buruk, bahkan peringkat pertama kota berpolusi di dunia. Minggu, 27 Agustus 2023, Indeks kualitas udara di Jakarta pada aplikasi IQAir berada di angka 165 atau tergolong tidak sehat dan juga membahayakan.
Hal ini dikarenakan jumlah pegawai di Pemprov DKI Jakarta hanya sekitar 60 ribu saja. Sedangkan ada jutaan orang yang melakukan mobilitasnya di wilayah DKI Jakarta.
Namun buruknya kualitas udara ini sepertinya tidak mempengaruhi masyarakat di kawasan Bundaran HI. Banyak masyarakat yang masih beraktivitas di luar ruangan dan kebanyakan dari mereka tidak menggunakan masker. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan risiko kesehatan.
Faktor pendukung meningkatnya polusi udara di Jakarta tidak hanya emisi kendaraan saja akibat banyaknya mobilitas masyarakat. Dalam audiensi yang dilakukan oleh Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan Komisi IX DPR RI pada pekan ini dikatakan bahwa, selain dari emisi kendaraan polusi ini juga disebabkan oleh industri dan asap rokok.
Diperlukan langkah-langkah konkret dan komprehensif untuk mengatasi polusi udara di Jakarta yang kian hari semakin parah. Selain itu diperlukan juga koordinasi dan langkah berkelanjutan agar menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat akibat polusi udara yang mengkhawatirkan.