10 April 2025 16:02
Pengamat kebijakan publik Alamsyah Saragih menyebut kebijakan tarif resiprokal tersebut tidak hanya berdampak pada negara selain Amerika Serikat (AS), namun warga AS juga mendapatkan imbasnya. Ia juga bergarap pemerintah Indonesia menjaga stabilitas ekonomi selama tarif resiprokal AS ditunda.
“Wajar karena kebijakan tarif ini tidak hanya berdampak di luar AS, di AS sendiri juga terdampak akibat kebijakan pemerintahnya. Sehingga pemerintah AS sendiri harus mengambil kebijakan yang lebih lembut. Kebijakan ini juga makin membuktikan konflik terbesar itu adalah antara US dengan Tiongkok,” ucap Alamsyah dalam Newsline, Metro TV, Kamis, 10 April 2025.
“Kita bisa melihat bahwa sebetulnya sasaran utama itu adalah satu Tiongkok selain Amerika Utara dan Amerika Latin, adalah negara-negara yang tempat relokasi dari atau bahkan investasi dari Tiongkok untuk menghasilkan produk yang diekspor ke AS. Tiga bulan jeda ini sebaiknya diwaspadai selalu,” tambahnya.
Alamsyah menambahkan sebaiknya pemerintah Indonesia menjaga kestabilan ekonomi setidaknya dalam tiga bulan ke depan atau 90 hari masa penundaan tarif resiprokal AS. Di samping itu, Alamsyah meyakini problematika ekonomi AS tidak terlalu berdampak pada perekonomian Indonesia.
“Jangan sampai dengan tiga bulan ke depan, kita masih punya banyak kendala-kendala internal yang bisa dijadikan alat tawar untuk menekan dinamika ekonomi Indonesia di kemudian hari. Tapi saya pribadi optimis melihat problem-problem di AS tidak akan terlalu berdampak ke perekonomian kita sepanjang memang situasi global tidak mengalami tekanan yang sangat kuat,” sambungnya.
Baca: Menko Airlangga Hartarto Temui Dubes AS Bahas Tarif Resiprokal |