Ketegangan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, semakin memanas. Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor barang dari Tiongkok hingga 145 persen. Langkah ini dinilai memperuncing perang dagang yang berisiko besar terhadap kestabilan ekonomi global.
Organisasi Perdagangan Dunia (
WTO) memperkirakan perang tarif ini dapat memangkas volume perdagangan antara AS dan Tiongkok hingga 80 persen. Tak hanya itu, ketegangan yang berkepanjangan berpotensi menggerus Produk Domestik Bruto (PDB) global hingga tujuh persen.
Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala menyebut perang tarif yang semakin panas antara AS dan Tiongkok membawa risiko besar terhadap penurunan tajam dalam perdagangan kedua negara.
Kondisi ini dapat merusak perekonomian global secara signifikan, mengingat perdagangan antara AS dan Tiongkok menyumbang sekitar tiga persen dari total perdagangan dunia.
WTO menilai, jika eskalasi terus berlanjut tanpa solusi diplomatik, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh kedua negara, tetapi juga menyeret negara-negara lain ke dalam ketidakpastian ekonomi. Perang tarif ini telah berubah dari konflik bilateral menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi global.
Sebelumnya, pejabat Gedung Putih mengklarifikasi bahwa tarif 125 persen yang diumumkan presiden pada Rabu merupakan tambahan dari tarif 20 persen yang ditambahkan ke negara tersebut sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat. Gedung Putih mengklarifikasi bahwa Tiongkok menghadapi tarif minimum 145 persen untuk semua impor ke AS.
Itu adalah peningkatan yang drastis bagi negara yang memasok sebagian besar barang yang dibeli orang Amerika. Tiongkok adalah sumber impor terbesar kedua bagi Amerika Serikat dan produsen utama global untuk ponsel, mainan, komputer, dan produk lainnya.
Angka 145 persen itu juga hanya batas bawah, bukan batas atas. Jumlah itu di atas pungutan lain yang sudah ada sebelumnya yang telah diberlakukan oleh Trump, termasuk:
Tarif 25 persen untuk baja, aluminium, mobil, dan suku cadang mobil.
Tarif hingga 25 persen untuk barang-barang Tiongkok tertentu yang diberlakukan oleh Trump selama masa jabatan pertamanya.
Tarif dengan kisaran yang bervariasi untuk produk-produk tertentu sebagai respons atas pelanggaran aturan perdagangan AS.
Perubahan tarif yang cepat telah menyebabkan kebingungan yang signifikan bagi para importir, yang banyak di antaranya bergantung pada produk-produk Tiongkok, termasuk pengecer besar maupun usaha kecil. Bagi importir yang membawa satu kontainer produk, perbedaan antara tarif 125 persen dan tarif 145 persen dapat mencapai ribuan dolar.
Pemerintahan Trump telah mengecualikan barang-barang yang sudah dalam perjalanan dari tarif baru, yang berarti importir belum mulai dikenakan tarif tersebut. Dalam kasus barang yang dikirim melalui udara, ini akan terjadi dalam beberapa hari ke depan, sementara barang yang dikirim melalui kapal akan memakan waktu beberapa minggu untuk sampai.
(Tamara Sanny)