Bedah Editorial MI: Kebangkitan Sepak Bola Indonesia

30 June 2023 09:18

Asa para pemain muda Indonesia tampil di pentas dunia kembali terbuka. Tiga bulan setelah dicoret dari tuan rumah Piala Dunia U-20, negeri ini tak dinyana menerima kabar bahagia. Federasi sepak bola dunia FIFA menunjuk Indonesia sebagai penyelenggara Piala Dunia U-17.

Berbekal status tuan rumah, Indonesia berhak menempatkan para pemain sebagai peserta. Ini sungguh kesempatan emas. Lazimnya kesempatan tak datang dua kali. Oleh karena itu, harus kita ingatkan agar jangan ada lagi kesalahan konyol yang berpotensi menggugurkan kesempatan emas ini.

Harus kita katakan bahwa ketidakkompakan sesama anak bangsa menjadi bibit kegagalan menyelenggarakan Piala Dunia U-20. Saking tidak solidnya sampai ada satu atau dua kepala daerah yang tiba-tiba keluar dari garis komando pemerintah pusat hingga membuat kaget FIFA.

Kita harus memetik hikmah dari kesalahan masa lalu. Setiap elemen yang terlibat dalam perhelatan Piala Dunia U-17 baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, PSSI, dan panitia lokal, mesti bekerja dengan hati demi suksesnya penyelenggaraan. 

Publik tentu berharap agar tidak ada lagi polemik yang berkepanjangan. Termasuk polemik soal apakah Jakarta International Stadium (JIS) yang sebelumnya bernama Stadion BMW layak digunakan sebagai salah satu stadion Piala Dunia U-17.

Sudah menjadi perbincangan hangat di masyarakat bahwa JIS amat mungkin tidak diikutsertakan karena beraroma kontestasi Pemilu Presiden 2024. Stadion itu dibangun pada era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sekalipun persiapannya melibatkan gubernur-gubernur terdahulu.

Tentu rumor tersebut harus ditepis. Biarkan FIFA yang menjadi wasitnya. Berikan kesempatan seluas-luasnya kepada tim dari FIFA untuk turun ke berbagai daerah dan menyurvei kesiapan serta kelayakan calon-calon venue. 

Dalam hal ini, dibutuhkan peran aktif PSSI agar JIS disurvei bersama dengan sederet stadion lain seperti Manahan, Solo, Jawa Tengah. Pasalnya, Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah jauh-jauh hari dipesan untuk menggelar konser Coldplay di Jakarta, 15 November mendatang.

Sejauh ini Ketua Umum PSSI Erick Thohir telah mendeteksi tiga kekurangan JIS. Pertama ialah persoalan terbatasnya parkir kendaraan. Berikutnya ialah akses keluar masuk stadion dan terakhir terkait dengan penggunaan rumput jahit di JIS.

Kita tentu mendorong agar Erick bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat bergerak cepat menyelesaikan tiga kekurangan tadi. Jangan berlarut-larut mengingat perhelatan tinggal hitungan bulan yakni 10 November-2 Desember mendatang.

Kalau ternyata perbaikan sudah dilakukan secara maksimal dan FIFA berkata lain tentu polemik soal penggunaan JIS akan hilang dengan sendirinya. Tapi tanpa adanya perbaikan di awal, publik akan selamanya mengira masih ada dusta di antara kita.

Pekerjaan rumah lainnya yang harus menjadi perhatian besar ialah kesiapan tim. Meski ajang kelompok umur lebih difokuskan untuk pengembangan pemain muda, jangan pula anak-anak asuhan Bima Sakti menjadi bulan-bulanan di kandang sendiri.

Apalagi, tim besutan Bima Sakti itu akan menjadi generasi pertama yang berhak tampil di Piala Dunia U-17. Ajang ini sudah dilaksanakan sejak 1985 sehingga patut kiranya untuk mereka mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik.

Publik berharap tim pelatih mampu membenahi teknik, strategi, dan mental bertanding mengingat waktu yang terbilang pendek. Ingatlah 23 negara yang juga ikut berlaga merupakan tim dengan tradisi sepak bola nan kuat seperti Inggris, Argentina, Senegal, dan Korea Selatan.

Biarlah Piala Dunia U-17 menjadi gerbang kebangkitan sepak bola nasional. Kita hadirkan kesempatan terbaik bagi bibit muda Indonesia dan kelak mereka membayar dengan penampilan yang sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Sofia Zakiah)