Ketika bernyanyi di atas panggung, Vina Panduwina merasa apapun problem yang dihadapinya tiba-tiba lenyap atau bisa dilupakannya. Dipikirannya hanya tahu dirinya harus bekerja. Berbeda ketika kehilangan orang tuanya, dirinya merasa dirinya tengkurap selevel tanah, seolah dirinya tidak ada apa-apanya sebagai manusia. Itulah kehilangan yang luar biasa sehingga dirinya sempat tidak bisa bernyanyi dan depresi. Bahkan sempat Vina berkonsultasi ke psikolog karena mengalami drop ketika kehilangan ayahnya.
Bagi Vina Panduwinata, sosok ayah menjadi inspirasinya dalam bernyanyi. Kesuksesan Vina di dunia musik dibuktikan dengan memenangkan penghargaan Anugerah Musik Indonesia, dalam kategori Life Time Achievement 2006. Ayahnya adalah "the best father in the world" karena sosoknya yang sangat sederhana, bijaksana dan banyak hal tentang kehidupan yang diajarkan ke anak-anaknya. Vina teringat, ayahnya pernah mengatakan orang tua itu tidak selalu benar, bisa jadi anak lebih benar dari orang tuanya, tetapi seorang anak harus tahu menyampaikannya kepada orang tua agar tidak terkesan kurang ajar. Ayahnya juga selalu menanamkan keimanan, kehidupan hingga ke pekerjaan bagi anak-anaknya.
