15 October 2024 13:16
Stunting masih menjadi masalah kesehatan serius yang dihadapi bangsa Indonesia, Pengembangan bioteknologi diharapkan mampu menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan protein masyarakat untuk menurunkan angka stunting.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia tahun 2023 masih tinggi, yakni 21,5 persen dari target penurunan angka stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka stunting adalah pemenuhan asupan protein baik, protein hewani dan nabati secara kenvensional maupun berbasis bioteknologi.
Dalam dialog kolabotarif inovasi berbasis bioteknologi antara Indonesia dan Korea Selatan di Jakarta, Peneliti Senior Bidang Molekuler Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Bahagiawati Anir Husin menekankan, butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia.
"Bisa kita lakukan itu mungkin tidak bisa dalam jangka waktu sebentar. " kata Peneliti Senior BRIN, Prof. Dr. Bahagiawati Anir Husin.
Kolaborasi inovasi bioteknologi, khususnya di bidang pangan diperlukan dalam upaya mengatasi malnutrisi dan menurunkan angka stunting di Tanah Air. Salah satu peran bioteknologi diperlukan, untuk meningkatkan kandungan protein dari makanan yang dikonsumsi yang diperoleh dari sel hewan untuk memenuhi asupan protein masyarakat.
"Kami akan segera datang ke Indonesia dan apa yang kami lakukan adalah mengembangkan protein dan lemak hewani dari sel hewan. Protein dan lemak ini merupakan bahan yang sangat terkonsentrasi, lebih seperti bahan fungsional." kata CEO of Simple Planet, Dominic Jeong.
Ke depan, diharapkan dukungan kolaborasi pengembangan sektor bioteknologi di Tanah Air, khususnya di bidang pangan mampu meningkatkan kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi, serta membantu menurunkan angka stunting di Tanah Air.