Profil Kamala Harris, Capres AS dari Partai Demokrat

Jakarta: Lahir pada 1964, kisah hidup Kamala Harris berawal dari permukiman progresif di sekitar San Francisco, California, Amerika Serikat (AS).  Ibunya , Shyamala Gopalan, adalah imigran asal India. Sementara ayahnya, Donald Harris dari Jamaika.

Keduanya bertemu saat berkuliah di  Universitas California, Berkeley. Pada saat itu, Berkeley merupakan pusat lokasi perdamaian dan HAM.  Harris mengaku masih ingat dibawa ke demo saat masih balita. 

Pada 1970, kedua orang tua Harirs bercerai. Sejak itu, Kamala dan adiknya Maya, hidup bersama ibu mereka. 

Harris berkuliah di Howard University, Washington DC. Mayoritas mahasiswanya berkulit hitam.

Sebelum menjadi pengacara, dia menjadi jaksa penuntut di California, sebelum maju sebagai calon Jaksa Agung di San Fransisco pada 2002. 

 

Baca: Tim Kampanye Harris Optimistis Masih Bisa Raih 270 Suara Elektoral

Wapres AS itu menang tipis. Semasa menjadi Jaksa Agung, dia memperpanjang masa tahanan bagi pelaku kekerasan sambil mengalihkan warga yang pertama kali tertangkap atau terlibat kejahatan tanpa kekerasan ke sebuah program rehabilitasi.

Pada 2010, Harris terpilih sebagai Jaksa Agung di California. Dia aktif menggugat bank yang ditengarai terlibat praktik pinjaman menyesatkan dan geng-geng kriminal.

Pada 2016, Harris terpilih ke senat AS dan menjadi suara vokal dalam isu imigrasi pelayanan kesehatan dan reformasi peradilan kriminal. 

Sepak terjangnya saat dengar pendapat membuatnya diakui dan dikenal di panggung nasional. 

Pada  Pilpres AS 2020, dia kalah dalam pemilihan internal Partai Demokrat. Meski akhirnya dipilih sebagai Cawapres mendampingi Joe Biden.

Kedunya menag Pilpres dan  Harris menjadi Wapres perempuan pertama dari etnis non kulit putih.

Dia ditugaskan mengamankan perbatasan selatan AS. Dia juga diminta untuk bernegosiasai dengan negara tetangga AS, di Amerika Tengah. Hal ini membuatnya menjadi sasaran kritik.