Israel-Iran Memanas, Picu Perang Nuklir?

16 June 2025 16:41

Ketegangan antara Israel dan Iran kembali meningkat tajam pascaserangan udara yang dilancarkan Israel pada 13 Juni 2025 lalu. Serangan tersebut menyasar sejumlah titik penting di Iran, termasuk ibu kota Teheran dan fasilitas nuklir utama di Natanz. Israel mengklaim telah berhasil merusak salah satu pusat pengayaan uranium terbesar milik Iran dalam serangan tersebut.

Media lokal Iran melaporkan kerusakan parah pada bangunan permukiman dan sejumlah fasilitas vital, termasuk korban jiwa dari kalangan sipil. Otoritas Iran mencatat setidaknya 78 orang tewas dan lebih dari 320 lainnya terluka. Di antara korban disebutkan ada perempuan, anak-anak, dan bahkan Panglima Korps Garda Revolusi Iran, Hossein Salimi.

Fasilitas nuklir Natanz menjadi target utama serangan karena disebut sebagai pusat pengayaan uranium aktif, meski sebelumnya hanya Natanz yang diizinkan beroperasi di bawah kesepakatan nuklir JCPOA 2015. Sementara fasilitas Fordow yang berada di bawah tanah kini kembali aktif sejak Iran keluar dari komitmen JCPOA setelah AS di bawah Presiden Donald Trump mundur dari perjanjian tersebut pada 2018.
 

Baca Juga: Pemimpin Dunia Hadiri KTT G7 di Kanada, Bahas Berbagai Konflik

Israel dalam serangannya mengoperasikan jet tempur F-35i Adir, yang merupakan varian canggih F-35 buatan Lockheed Martin dan dimodifikasi khusus untuk kebutuhan militer Israel. Selain itu, jet F-15 dan F-16 juga dikerahkan. Sementara Iran menahan serangan balik dengan rudal balistik Khorramshahr dan Fattah serta drone kamikaze Shahed 136, yang terkenal karena efektivitas dan biayanya yang murah.

Dalam serangan balasan Iran pada 15 Juni, dilaporkan 10 warga Israel tewas dan lebih dari 200 lainnya luka-luka. Serangan tersebut tidak hanya dilancarkan oleh Iran, tetapi juga oleh kelompok Houthi dari Yaman yang merupakan sekutu Iran dan mengklaim telah menembakkan rudal ke arah Israel.

Konflik ini juga berdampak pada upaya diplomasi. Perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang sedianya digelar pada 15 Juni di Oman akhirnya dibatalkan. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Bagaei menyatakan Iran tidak lagi memandang perundingan tersebut relevan karena AS dianggap membiarkan serangan Israel terjadi.

Sementara itu, mantan Presiden AS Donald Trump dalam pernyataan di media sosial menyatakan bahwa jika Iran menyerang Amerika, maka akan ada serangan balasan dalam skala belum pernah terjadi sebelumnya. Trump juga mengklaim bahwa AS masih memiliki kapasitas untuk menengahi konflik, dan mendorong kesepakatan antara kedua pihak.

Menurut data International Institute for Strategic Studies (IISS), kekuatan militer Iran dan Israel bersaing ketat. Iran memiliki sekitar 960.000 personel militer, termasuk cadangan, dan unggul dalam kekuatan darat serta armada laut. Sementara Israel unggul dalam kekuatan udara dengan 611 jet tempur, termasuk pesawat generasi kelima F-35i.

(Tamara Sanny)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Nopita Dewi)