Ayo Cari Tahu
28 December 2025 20:06
Pergantian tahun tinggal menghitung hari. Momen ini kerap dimanfaatkan banyak orang untuk menyusun resolusi atau target baru demi kehidupan yang lebih baik di 2026 mendatang. Mulai dari gaya hidup sehat, target finansial, hingga pengembangan diri.
Namun, semangat menyusun daftar keinginan ini sering kali bercampur dengan rasa bingung atau bahkan frustrasi. Alasannya klasik: resolusi tahun sebelumnya ternyata masih banyak yang belum dicentang atau gagal total. Lantas, seberapa penting sebenarnya membuat resolusi tahun baru? Dan bagaimana cara berdamai dengan target yang meleset?
Jejak Sejarah 4.000 Tahun
Ternyata, tradisi membuat resolusi bukanlah tren modern. Kebiasaan ini sudah ada sejak 4.000 tahun silam. Bangsa Babilonia kuno tercatat sebagai orang pertama yang melakukan tradisi ini, meski bagi mereka tahun baru dimulai pada pertengahan Maret saat musim tanam.
Dalam festival Akitu, mereka berjanji kepada para dewa untuk membayar utang dan mengembalikan barang pinjaman. Janji inilah yang menjadi cikal bakal resolusi. Tradisi serupa diteruskan oleh bangsa Romawi kuno di era Julius Caesar (46 SM), yang mempersembahkan janji berperilaku baik kepada Dewa Janus, dewa bermuka dua yang melihat ke masa lalu dan masa depan, setiap tanggal 1 Januari.
Pentingnya Lembaran Baru
Dari kacamata psikologi, membuat resolusi ternyata memiliki dampak positif yang signifikan. Psikolog Sani Budiantini menjelaskan bahwa resolusi berfungsi sebagai pemantik motivasi. Adanya momen pergantian tahun menciptakan batas psikologis yang membuat tekad untuk berubah terasa lebih kuat dibandingkan hari-hari biasa.
"Secara psikologis, resolusi tahun baru cukup penting. Tahun baru merupakan lembaran baru di mana seseorang bisa menjadi lebih terarah untuk memperbaiki dirinya," ujar Sani dalam segmen Ayo Cari Tahu, Metro Siang, Metro TV, Minggu 28 Desember 2025.
Bagi Anda yang merasa gagal di 2025, Sani menegaskan bahwa tidak ada kata terlambat. Membawa kembali resolusi lama ke tahun 2026 bukanlah sebuah kesalahan. Kuncinya ada pada evaluasi dan apresiasi.
Berikut adalah langkah-langkah yang disarankan Sani Budiantini agar resolusi 2026 lebih realistis:
Cari Akar Masalah
Jangan hanya meratapi kegagalan, tapi cari tahu mengapa itu gagal. "Misalnya ingin olahraga tapi gagal karena tidak ada teman. Dengan tahu hambatannya, kita bisa cari solusi lain. Misalnya, tidak perlu bergantung pada teman atau ganti metode diet seperti intermittent fasting," jelas Sani.
Maafkan Diri Sendiri
Hindari frustrasi berlebihan. Memaklumi diri sendiri ketika ada target yang terlewat adalah bagian dari proses mental yang sehat. "Biarkan saja kalau ada yang terlewat, mulai lagi saja," tambahnya.
Apresiasi Pencapaian Kecil
Sering kali manusia terlalu fokus pada apa yang belum dilakukan, hingga lupa menghargai apa yang sudah dicapai. "Apresiasi terhadap diri sendiri penting banget untuk membuat kita merasa berharga (self-worth) dan bangga. Ini justru akan memotivasi kita untuk membangun rencana lagi di tahun berikutnya," pungkas Sani.