Pakar: Pembunuhan Ismail Haniyeh Bukti Israel Tak Serius Upayakan Gencatan Senjata

3 August 2024 21:09

Seluruh dunia berduka dengan kepergian dari pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Pemakaman Ismail Haniyeh berlangsung di Kota Lusail, sebelah utara Doha, Qatar, itu dihadiri ratusan orang. Selanjutnya, Haniyeh akan dimakamkan di Lusail, Doha.

Peti jenazah yang diselimuti bendera Palestina ini dibawa melewati massa yang telah berkumpul. Para pelayat telah berkumpul di Masjid Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, tempat berlangsungnya prosesi salat jenazah.

Kematian Ismail Haniyeh di Teheran, Iran memang mengejutkan. Pasalnya, Haniyeh tewas saat menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeskhian.

Ia dilaporkan tewas akibat serangan rudal berpemandu saat berada di hotelnya. Namun, ada pula laporan menyebutkan jika Haniyeh tewas akibat ledakan bom yang sudah ditanam dari beberapa bulan sebelumnya di kamar tempat ia menginap.

Terlihat hadir dalam upacara pemakaman itu Khaled Meshaal, yang diperkirakan akan menjadi pemimpin baru politik Hamas, serta pejabat Hamas lainnya. Selain itu, wakil presiden Indonesia ke-10 dan 12, Jusuf Kalla juga turut mengiringi kepergian mantan Perdana Menteri pemerintah Otoritas Palestina.

Komunikasi JK dengan almarhum Haniyeh terjalin dalam misi khusus dalam upaya menyelesaikan konflik antara Hamas dan Gerakan Al Fatah. Bagi JK, rekonsiliasi itu penting dalam menyatukan kekuatan dan mewujudkan kemerdekaan Palestina. Jusuf Kalla juga meyakinkan jika semua negara ini yang hadir menginginkan perdamaian antara Palestina dan juga Israel. 
 

Baca juga: AS Antisipasi Kemungkinan Eskalasi oleh Iran di Kawasan
 
Bagi Indonesia, lanjut JK, tengah mengupayakan dua hal, yaitu Hamas dan Al-fatah bersatu serta mendorong perdamaian yang adil antara Palestina dengan Israel. Lebih jauh, JK meyakinkan, jika semua negara-negara yang hadir menginginkan perdamaian.
 
"Memang kalau tidak ditangani dengan baik ini bisa meluas. jadi dibutuhkan ketenangan. Iran dan turki mempunyai kemampuan persenjataan yang kuat tapi saya pikir akan menghancurkan seluruh Timur Tengah apabila mereka semua melancarkan perang besar itu," kata JK.

Kematian Ismail Haniyeh di Teheran, Iran memang mengejutkan. Pasalnya, Haniyeh tewas saat menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeskhian.

Ia dilaporkan tewas akibat serangan rudal berpemandu saat berada di hotelnya. Namun, ada pula laporan menyebutkan jika Haniyeh tewas akibat ledakan bom yang sudah ditanam dari beberapa bulan sebelumnya di kamar tempat ia menginap.

Pemimpin Tertinggi Iran mengeluarkan perintah untuk melakukan pembalasan langsung terhadap Israel. Ayatollah Ali Khamenei, memberikan perintah tersebut pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu pagi waktu setempat, tak lama setelah Iran mengumumkan bahwa Ismail Haniyeh telah terbunuh.

Israel tidak mengakui atau membantah telah membunuh Haniyeh, yang berada di Teheran. Meskipun Israel sebelumnya telah bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya atas serangan kelompok tersebut pada 7 Oktober.

Pakar hubungan internasional dari Qatar, Adel Abdel Ghafar mengatakan bahwa pembunuhan tersebut merupakan pukulan berat terhadap perundingan gencatan senjata di Gaza dan akan menambah ketidakpastian dalam proses perundingan. Sebab di saat perundingan yang diharapkan bisa mencapai kesepakatan, malah justru kondisinya makin memanas.

Representasi China di Dewan Keamanan PBB mengungkapkan serangan ini merupakan upaya terang-terangan dari Israel untuk menyabotase upaya perundingan gencatan senjata.

Sementara itu perwakilan dari negara Algeria mengecam serangan yang menewaskan pemimpin Hamas. Ia menyampaikan bahwa serangan itu tidak menyasar individu. Sebab dampaknya justru akan menyerang pondasi hubungan diplomatik kesakralan kedaulatan negara hingga prinsip fundamental dari tatanan global.

Kecaman terhadap pembunuhan Haniyeh ini bukan tanpa alasan karena meski menjabat posisi strategis di kelompok Hamas, Ismail Haniyeh bukanlah milisi dan posisinya lebih pada pendekatan-pendekatan diplomatis. Artinya tak seharusnya Haniyeh menjadi target sasaran.

Kedua, kematian Haniyeh berpotensi menimbulkan ledakan di tengah konflik yang tidak stabil dan saling terkait di kawasan tersebut karena target, waktu, dan lokasinya di Teheran. Yang paling berbahaya adalah potensi untuk mendorong Iran dan Israel ke dalam konfrontasi langsung jika Iran membalas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggie Meidyana)