Keberagaman di bumi Indonesia ialah keniscayaan. Keberagaman inilah yang memperkuat semangat bangsa untuk merdeka. Tak ada kekuatan tunggal yang paling berjasa untuk mengusir penjajahan. Semua elemen bangsa memiliki kontribusi membawa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan.
Keberagaman yang terdiri atas agama, bahasa, adat-istiadat, suku, dan budaya merupakan mozaik indah yang memperkuat anak bangsa menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam perjalanannya seiring usia 77 tahun kemerdekaan Indonesia, keberagamaan mengalami tantangan yang luar biasa. Intoleransi, radikalisme, dan terorisme belum juga memudar, bahkan terus bertumbuh mengoyak sulam keberagamaan. Pancasila yang menjadi falsafah dan dasar negara masih mudah diucapkan meski kian sayup-sayup, tetapi masih belum menjadi laku lampah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Media Indonesia ingin mengambil langkah terdepan menyemai kebangsaan. Sebuah keinginan bukan utopis, tetapi terbukti secara empiris dalam kiprahnya sebagai pers mulai Orde Baru, gerakan reformasi 1998, pascareformasi, hingga saat ini. Bisnis media tak melulu mengumpulkan pundi-pundi rupiah, tetapi memiliki tanggung jawab sosial, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun demokrasi, menegakkan supremasi hukum, merawat kebinekaan, dan mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar.
Seiring dengan era digital yang telah mengubah cara manusia memproduksi, berbagi, dan mengonsumi berita, Media Indonesia memiliki standar baku dalam menciptakan jurnalisme berkualitas. Jurnalisme yang didedikasikan untuk meneguhkan kebangsaan.
Dalam situasi yang tidak mudah, dalam kepungan pragmatisme akut, pers punya tugas mahaberat untuk tetap menjaga akal sehat. Bangsa ini teramat besar untuk dikerdilkan oleh kepentingan sempit dan sesaat. Dalam takdir sejarah seperti itulah Media Indonesia berkiprah.