16.098 Warga Surabaya Terpapar TBC pada 2025

Ilustrasi TBC. DOK Medcom.id

16.098 Warga Surabaya Terpapar TBC pada 2025

Amaluddin • 9 April 2025 17:36

Surabaya: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Jawa Timur, mencatat ada sebanyak 16.098 orang terpapar Tuberkulosis (TBC). Angka itu lebih rendah dari tahun 2024, sebanyak 16.127 kasus.

"Adapun hingga akhir 2024, telah ditemukan 12.096 kasus atau sekitar 75 persen dari estimasi. Sementara per 24 Maret 2025, penemuan kasus baru tercatat sebanyak 1.917 kasus dari target estimasi tahun ini," kata Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina, Rabu, 9 April 2025.

Nanik mengaku pihaknya terus berupaya untuk mencapai target tersebut. Salah satunya dengan meluncurkan strategi komprehensif, dengan memperluas kolaborasi lintas sektor serta memaksimalkan upaya preventif dan kuratif.

Menurutnya, keterlibatan berbagai pihak menjadi kunci utama. Salah satunya melalui gerakan Cak dan Ning, yang akan melakukan investigasi terhadap minimal delapan orang kontak erat dari pasien TBC di setiap kasus baru. "Kami menargetkan 100 persen Investigasi Kontak (IK) pada 2025," ujarnya.

Selain itu, Dinkes juga menyiapkan program skrining terintegrasi untuk TBC-PTM (Penyakit Tidak Menular) dan TBC-anak. Bahkan, kerja sama strategis dengan Universitas Airlangga (UNAIR) juga dijalin, khususnya dalam penanganan TBC pada anak-anak.

“Pemkot juga memperluas jaringan layanan TBC dengan menggandeng rumah sakit dan klinik, serta melakukan skrining terhadap kelompok berisiko tinggi seperti pasien HIV, diabetes, anak dengan gizi buruk, penderita ISPA atau pneumonia, pasien pasca Covid-19, dan calon jemaah haji," katanya.

Upaya lainnya adalah penguatan jejaring internal di fasilitas kesehatan dengan melibatkan berbagai poli seperti poli paru, anak, penyakit dalam, bedah, hingga ruang IGD dan rawat inap. Tujuannya untuk menjaring kasus terduga dan memastikan penanganan cepat terhadap pasien TBC.

Dinkes juga mendorong integrasi program TBC-HIV. Setiap pasien TBC wajib menjalani tes HIV, dan sebaliknya, pasien HIV juga harus melalui skrining TBC. “Ini bagian dari optimalisasi penemuan kasus dan mencegah penularan lanjutan," ujarnya.

Selain fokus pada penemuan kasus, kata Nanik, namun juga pada keberlanjutan pengobatan pasien. Langkah ini dilakukan melalui pendampingan intensif oleh tim ahli klinis (TAK) dan komunitas pendamping seperti KOPI TBC, serta pelacakan pasien yang belum memulai pengobatan atau putus pengobatan (lost to follow-up).

Untuk pasien TBC Resisten Obat (RO), layanan pengobatan tersedia di puskesmas satelit maupun RS rujukan, sementara pendampingan dilakukan oleh Peer Educator (PE). Dinkes juga bersinergi dengan Dinas Sosial untuk menyediakan shelter dan bantuan seperti makanan tambahan (PMT), oksigen, serta sembako.

"Peningkatan mutu layanan juga menjadi perhatian. Kami dorong fasilitas kesehatan untuk mengikuti proses akreditasi guna menjamin standar pelayanan," pungkasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Al Abrar)