Timnas Indonesia. Dok IG Timnas Indonesia.
Dhika Kusuma Winata • 16 October 2025 21:02
Jakarta: Tugas besar kini menanti PSSI usai mengakhiri era kepelatihan Patrick Kluivert dan kawan-kawan di tim nasional (Timnas) sepak bola Indonesia. PSSI dituntut menemukan pelatih baru yang benar-benar mumpuni serta mampu memaksimalkan potensi timnas yang diperkuat pemain diaspora.
PSSI mengumumkan berakhirnya masa kepelatihan Kluivert beserta stafnya pada Kamis, 16 Oktober 2025. Kehadiran sosok pengganti yang mumpuni diharapkan bisa membuat tim Garuda tampil lebih kompetitif di berbagai ajang besar yang menanti seperti Piala Asia 2027.
"PR-nya adalah bagaimana secepat mungkin untuk segera mendapatkan pelatih pengganti. Pelatih yang capable, yang betul-betul bisa diharapkan kehadirannya untuk bisa membawa tim Indonesia yang saat ini berisikan pemain-pemain diaspora," kata Pengamat sepak bola Kesit Budi Handoyo, Kamis, 16 Oktober 2025.
"Setidaknya agar bisa lebih bersaing ke depannya karena ada beberapa event besar yang memang harus dilakukan," imbuh Kesit.
Selain itu, pembenahan perlu dilakukan di aspek manajemen Timnas agar kinerjanya lebih profesional. Selama ini, kata dia, terlihat masih ada jarak dalam koordinasi antara ketua umum dan jajaran komite eksekutif PSSI, terutama dalam hal pengelolaan Timnas.
Kluivert memegang jabatan pelatih Timnas Indonesia sejak Januari 2025. Dia dipecat usai gagal membawa tim Garuda ke Piala Dunia 2026 usai kekalahan di ronde keempat kualifikasi.
Patrick Kluivert. Dok Medcom.id
Di tangan Kluivert,
Timnas Indonesia mengarungi delapan laga dengan catatan tiga kemenangan, empat kekalahan dan satu hasil imbang.
Kesit juga berharap federasi lebih serius untuk pembinaan talenta lokal dan pembenahan liga. Menurut dia, pembinaan usia muda dan kompetisi domestik yang bagus sejatinyq menjadi fondasi bagi sepak bola Indonesia.
"Untuk pembinaan lagi-lagi harus disiapkan kompetisi kelompok umur karena pembinaan ini harus jadi kewajiban PSSI untuk menggelarnya. Kalau tidak nanti kasihan talenta-talenta Indonesia tidak mendapatkan wadah," ujar Kesit.
"Satu lagi kompetisi, harus dibenahi liganya. Kalau bisa jangan banyak-banyak pemain asingnnya karena nanti sulit pemain lokal bisa bersaing di negeri sendiri," tukas Kesit.