Peringatan hari buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Kota Semarang berlangsung ricuh dan berlanjut dengan penangkapan belasan mahasiswa. Dokumentasi/ istimewa
Semarang: Perayaan Hari Buruh Internasional (May Day) yang berakhir ricuh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah pada 1 Mei 2025 mendapat sorotan dari sejumlah pihak.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Konferensi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Kabupaten Demak, Jayus, mengatakan perilaku anarkis yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu telah mengotori makna sebenarnya dari perayaan tersebut.
"May Day bagi kami adalah kesempatan untuk menyuarakan dan menyampaikan isu-isu yang terjadi di Jawa Tengah dan khususnya di Kabupaten Demak," kata Jayus di Kantor Sekretariat KSPN, Demak, Sabtu, 3 April 2025.
Jayus meminta polisi menindak tegas pihak yang telah mencoreng hari buruh dan memproses oknum yang terlibat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.
"Kami berharap pihak kepolisian dapat mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan bahwa perayaan May Day dapat berlangsung dengan damai dan tertib di masa mendatang," jelas Jayus.
Jayus dan DPD KSPN Kabupaten Demak berharap agar perayaan Hari Buruh dapat menjadi momentum untuk menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak buruh tanpa adanya gangguan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Senada Ketua Aliansi Gerakan Buruh Demak (Gebrak), Jangkar Puspito, menyesalkan ricuh yang terjadi saat penyampaian pendapat oleh para kaum buruh.
Menurut dia kericuhan bukan datang dari kehendak para buruh yang menyampaikan pendapat. "Menyesalkan atas kejadian kerugian pada aksi May Day di Semarang terjadi kerusuhan yang tidak diinginkan, padahal itu aksi damai hari buruh," jelasnya.
Jangkar menolak munculnya anarkisme pada aksi-aksi buruh yang terjadi saat satu Mei karena para kaum buruh mempunyai sikap cinta damai.
"Kami berharap kepolisian menindak tegas kepada pelaku yang berbuat anarkis sesuai dengan undang-undang yang berlaku," ungkapnya.