Momen Ramadan Penuh Warna Siswa Asrama Sukma Bangsa Pidie

Kebersamaan di Sukma Bangsa Pidie di bulan Ramadan. (Foto: Dokumentasi Sukma Bangsa Pidie)

Momen Ramadan Penuh Warna Siswa Asrama Sukma Bangsa Pidie

Fajri Fatmawati • 16 March 2025 19:20

Aceh: Murid-murid asrama Sekolah Sukma Bangsa Pidie menilai momen ramadan bukan cuma menahan lapar dan dahaga. Bagi siswa yang berasal dari berbagai penjuru Aceh, bulan suci ini adalah kanvas kehidupan yang penuh warna, lantaran ibadah, ujian, dan canda tawa berpadu menjadi satu harmoni yang tak terlupakan.

Para murid menjalani hari-hari dengan rutinitas padat, mulai dari sahur bersama, menghadapi ujian sekolah, hingga berbuka puasa dengan hidangan dari sumbangan para guru. Namun, di antara padatnya aktivitas, terselip kisah-kisah unik yang mengundang senyum, bahkan terkadang teguran disiplin. Kisah-kisah ini diceritakan oleh para guru Sukma Bangsa Pidie saat diwawancarai Metrotvnews.com.

Rutinitas yang Membentuk Karakter

Kepala Asrama sekaligus Guru PAI SMA Sukma Bangsa Pidie, Akmaluddin, menuturkan bahwa momen Ramadan 1446 H/2025 di asrama kali ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni untuk menguatkan spiritualitas dan karakter siswa.

"Kami memulai hari dengan sahur bersama pada pukul 4 pagi, dilanjutkan dengan murajaah Al-Quran dan kajian kultum. Siang harinya, setelah kembali dari sekolah, mereka mengisi waktu dengan berbagai kegiatan positif, seperti tadarus, olahraga, dan berburu takjil," jelasnya.



Salah satu momen yang paling dinanti adalah waktu berbuka puasa. Suasana kebersamaan semakin terasa hangat saat mereka menyantap hidangan berbuka yang bervariasi.

"Setiap hari, 160 porsi hidangan disiapkan dari sumbangan para guru," ungkap dia.

Malam harinya, setelah salat tarawih, para siswa mengikuti tausiah, halaqah tadarus, kajian keislaman, atau bimbingan belajar. Kegiatan 'Night circle' menjadi penutup hari, mereka berdiskusi tentang kegiatan sehari-hari dan saling mengingatkan tentang aturan asrama.

Cerita Unik dan Tantangan Disiplin

Di balik keteguhan menjalankan ibadah, terselip cerita-cerita unik yang mewarnai ramadan di asrama. Guru Asuh Putri Sukma Bangsa Pidie, Evi Julianti, menceritakan bahwa beberapa siswi SMP mencoba membatalkan puasa dini dengan sebotol teh kemasan dan mi instan pukul 14.00 WIB.

"Alasannya beragam, mulai dari capek sekolah hingga ngiler melihat teman yang sedang haid. Jadi selama puasa anak-anak saat ujian kadang tetidur di kelas antara susah mikir karena sedang puasa atau bergadang karena tadarus," ujarnya sambil tersenyum.

Kejadian serupa juga terjadi di kalangan siswa SMA, yang berujung pada hukuman disiplin seperti penyitaan telepon genggam. "Dari kelakuan ini semua orang tua kita japri tentang prilaku anaknya. Sejauh pantauan aman hanya ada 1 wali siswa tidak terima HP anaknya disita, karena alasan dia buka puasa sakit, padahal ketika berbuka pakai Indomie...aduhh serba salah kita," ucap Evi dengan rasa khawatir.


Membangunkan siswa putri untuk sahur juga menjadi tantangan tersendiri. "Sahur khusus putri ini yang paling malas ke kantin. Jarang yang mau pergi ke kantin untuk sahur alasan sudah makan. Padahal begadang sampai jam 1. Jam 4 dibangunkan sahur tidak terjaga," ungkap Evi.

"Kebersamaan alhamdulillah makin kompak, terutama ketika berbuka. Karena anak-anak dapat jatah takjil dari sedekah guru-guru. Disini ada yang berebut kalau takjilnya enak, maunya lebih dapatnya," lanjut dia.

Menabur Kebaikan di Bulan Suci

Selain kegiatan di asrama, para siswa juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti berbagi takjil kepada masyarakat di jalan. Kegiatan ini merupakan program OSIS sekolah yang didukung oleh sumbangan dari siswa dan guru.

Pada hari terakhir kebersamaan, sekolah mengadakan buka puasa bersama yang dimeriahkan dengan seremoni dan penampilan-penampilan rohani dari siswa dan guru. Momen saling bermaaf-maafan pun menjadi puncak acara, diwarnai isak haru.



Setelah dua pekan menjalani ramadan di asrama, para siswa akhirnya kembali ke rumah masing-masing, yang berasal dari berbagai daerah seperti Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Meulaboh, Aceh Barat Daya, dan Banda Aceh da lainnya. Dua pekan sudah para siswa dirangkul oleh para guru, kini mereka siap untuk merayakan idulfitri bersama keluarga, membawa pulang kenangan indah dan pelajaran berharga di asrama Sukma Bangsa Pidie.

Mendidik dengan Hati: Pesan Direktur Sekolah Sukma Bangsa Pidie

Direktur Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Marthunis Bukhari, menekankan pentingnya mendidik dengan hati. Menurut dia mendidik dengan hati tak hanya meninggalkan kesan, tapi juga jejak yang tak terlupakan.

"Di tempat mulia ini, lahir makna sejati dari kebaikan, yang berakar dari hati nurani, keikhlasan, dan ketulusan yang tulus. Setiap momen, setiap pengalaman, semua berbicara tentang cinta, kasih sayang, dan kepedulian yang tak terhingga," ucap dia.

Marthunis juga berharap agar para alumni Sekolah Sukma Bangsa Pidie menjadi orang-orang pintar yang berakhlak dan berintegritas. Pasalnya, kata dia, negara Indonesia tidak pernah kekurangan orang pintar.

Tapi orang pintar dengan akhlak dan integritas yang baik itu adalah kombinasi yang sulit untuk dicari. Doa dan ridha kami menyertai setiap langkah anak-anak semua," tutupnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Lukman Diah Sari)