Vice President Indodax Antony Kusuma. Foto: dok Indodax.
Jakarta: Ethereum (ETH), aset kripto terbesar kedua di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, mencatatkan penguatan harga lebih dari 80 persen dari level terendahnya pada Juni, hingga menembus harga di Juli 2025 pada kisaran USD3.800.
Lonjakan ini mengekor pergerakan harga bitcoin (BTC) yang memecahkan rekor harga tertinggi sepanjang masanya di Juli 2025 dengan menyentuh USD123 ribu atau hampir Rp2 triliun (kurs Rp16.323 per USD).
Kenaikan harga ethereum ini didorong oleh kombinasi akumulasi besar-besaran dari investor institusi, lonjakan dana masuk ke ETF berbasis ETH, serta ekspektasi tinggi terhadap pembaruan jaringan besar bertajuk Fusaka Fork yang dijadwalkan berlangsung pada November 2025.
Menurut laporan terbaru CoinShares, produk ETF Ethereum mencatat inflow mingguan sebesar USD2,12 miliar hingga 19 Juli 2025, hampir dua kali lipat rekor sebelumnya yang berada di angka USD1,2 miliar. Total inflow ini juga mendorong arus masuk global ke ETF kripto ke level tertinggi sepanjang masa, dengan total aset kripto yang dikelola (AUM) mencapai USD220 miliar.
Di sisi lain, Fusaka Fork dipandang sebagai tonggak penting dalam roadmap ethereum. Pembaruan ini akan membawa peningkatan signifikan pada skalabilitas, efisiensi gas fee, dan kompatibilitas dengan teknologi layer-2.
Fusaka akan mencakup 11 Ethereum Improvement Proposals (EIP), termasuk EIP-7825 untuk memperkuat ketahanan jaringan terhadap serangan dan mempercepat proses scaling. Salah satu fitur penting adalah kenaikan gas limit hingga 150 juta, yang akan menurunkan biaya transaksi dan meningkatkan throughput jaringan.
Trump ikut borong ethereum
Vice President Indodax Antony Kusuma menilai lonjakan
inflow produk ETF Ethereum ini merupakan sinyal kuat ethereum memasuki fase baru adopsi institusi. Kata dia, inflow ETF Ethereum sebesar USD2,12 miliar hanya dalam satu minggu menunjukkan ETH tidak lagi dipandang sekadar aset alternatif, melainkan aset inti dalam portofolio institusi global.
"Apalagi, dengan total aset kripto yang dikelola mencapai USD220 miliar dan tren positif selama 14 pekan, ethereum kini menjadi benchmark untuk inovasi Web3," ungkap Antony dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 23 Juli 2025.
Antony menambahkan pembaruan Fusaka Fork menjadi katalis fundamental yang memperkuat struktur jaringan, "Dengan 11 EIP, peningkatan gas limit ke 150 juta, serta integrasi layer-2 yang lebih dalam, ethereum akan lebih efisien, lebih murah, dan lebih cepat. Ini akan memicu pertumbuhan aplikasi DeFi, NFT, dan sektor gaming berbasis blockchain. Dampaknya, permintaan ETH bisa semakin menguat," jelas dia.
Optimisme terhadap ethereum juga diperkuat oleh dukungan tokoh-tokoh publik. Salah satunya adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang melalui laporan publik diketahui menambah portofolio kripto miliknya dengan ethereum. Hal ini turut membentuk persepsi ETH kini semakin diterima.
"Ketika nama besar seperti
Donald Trump memegang 70.143 ETH setara Rp4,3 triliun, ini memberi sinyal ethereum sudah diterima di level tertinggi. Ditambah akumulasi besar oleh institusi seperti BitMine (300 ribu ETH) dan SharpLink (206 ribu ETH), prospek ETH ke depan semakin solid," tambah dia.
(Ilustrasi koin ethereum. Foto: Hufforbes.com)
Jadi salah satu aset favorit
Di Indonesia, aku Antony, ethereum terus menjadi salah satu aset favorit pengguna Indodax. Saat ini, ethereum menempati posisi ke-4 di pasar IDR Indodax dengan volume perdagangan lebih dari Rp5,7 triliun pada periode 1 Januari-21 Juli 2025, berada tepat di bawah bitcoin (BTC) sebesar Rp14,27 triliun, Ripple (XRP) sebesar Rp8,9 triliun, dan Fartcoin sebesar Rp8,3 triliun.
Menurut Antony, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap potensi ethereum terus meningkat, terutama karena proyek ini memiliki ekosistem yang sangat aktif di sektor DeFi, NFT, dan Web3.
"Ethereum adalah fondasi dari banyak inovasi di ruang kripto. Komunitas dan proyek-proyek yang lahir di atas jaringan ini menciptakan nilai nyata, dan hal ini menarik minat investor Indonesia," ucap dia.
Namun, Antony juga mengingatkan seperti aset digital lainnya, ethereum tetap memiliki volatilitas yang tinggi. Ia menyarankan para investor untuk tidak terjebak
hype dan tetap berpegang pada strategi yang disiplin, seperti Dollar-Cost Averaging (DCA).
"Investor yang konsisten akan lebih stabil dalam jangka panjang. Dengan menggunakan strategi DCA, kita bisa mengurangi efek fluktuasi harga dan tetap fokus pada nilai fundamental Ethereum itu sendiri," papar Antony.