Istimewa
Al Abrar • 9 July 2025 13:10
Jakarta: Tiga perempuan perupa menggandeng komunitas akar rumput dari berbagai daerah Indonesia untuk membingkai ulang makna ketahanan sosial dari perspektif perempuan. Kolaborasi diwujudkan dalam pameran bertajuk "Kukuh, Bertumbuh", bagian dari inisiatif Lab Perspektif Perempuan yang digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bersama Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum.
Pameran berlangsung di Cemara 6 Galeri pada 13–20 Juli 2025, pukul 10.00–17.00 WIB. Menampilkan karya kolaboratif dari Alexandra Karyn, Anisa Nabilla Khairo, dan Kae Oktorina, proyek ini merupakan hasil riset mendalam selama tiga bulan di tiga lokasi: Kampung Dadap (Banten), Tapang Balu (Sumatera Barat), dan Suku Kajang (Sulawesi Selatan).
Kurator Ayu Maulani menjelaskan, proses kuratorialnya berangkat dari keyakinan bahwa seni harus bersumber dari pengalaman sosial yang nyata. “Ketiga perupa ini tak hanya memproduksi karya, tapi juga mendokumentasikan relasi, strategi bertahan hidup, dan suara warga, terutama perempuan. Pameran ini adalah ruang belajar yang partisipatif—dari riset hingga produksi karya,” ujarnya.
Ketua DKJ Bambang Prihadi menyebut Lab Perspektif Perempuan sebagai ruang yang dirancang untuk memperkuat ekosistem seni rupa yang inklusif dan relevan. “Sejak 2021, program ini dikembangkan untuk mendorong pendekatan kolaboratif yang tak sekadar menampilkan perempuan sebagai subjek, tapi juga pembentuk pengetahuan,” tuturnya.
Pameran akan dibuka pada 12 Juli 2025 pukul 16.00 WIB oleh Melani Budianta dan dilanjutkan dengan penampilan live coding audio visual oleh KAE. Pada malam harinya, dialog publik antara perupa dan warga akan digelar pukul 18.00 WIB.
Sebagai mitra utama, Cemara 6 Galeri – Toeti Heraty Museum terus memposisikan diri di garis depan gerakan seni dan feminisme sejak berdiri pada 1993. Kolaborasi ini melanjutkan misi lembaga dalam mendukung representasi perempuan di ranah seni visual, sebagaimana yang pernah dilakukan lewat pameran Indonesian Women of Spirituality (1999) dan Indonesian Women Artists (2019, 2022).
Selain menjadi lokasi pameran, Cemara 6 juga turut dalam pendokumentasian, penerbitan katalog digital, dan aktivasi ruang wicara publik—menegaskan peran strategisnya dalam mendorong wacana feminis dalam seni rupa kontemporer Indonesia.