Kasus DBD di Jabar Capai 4.637 Sejak Januari, 36 Meninggal

Ilustrasi. (MGN/Amir Zakky)

Kasus DBD di Jabar Capai 4.637 Sejak Januari, 36 Meninggal

Media Indonesia • 27 February 2024 14:37

Bandung: Sejak awal Januari 2024, penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah merenggut nyawa 36 orang warga Jawa Barat (Jabar). Angka kematian itu berasal dari total 4.637 kasus DBD yang terjadi sejak Januari hingga saat ini.

"Itu data dari 27 kabupaten dan kota di Jabar dan termasuk 4 kasus yang di Kota Bogor. Selain tersebar di seluruh wilayah di Jabar, DBD dominan menyerang kelompok usia anak-anak karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa," kata Kabid P2P Dinas Kesehatan (Dikes) Jabar Rochady Hendra Setia Wibawa, Selasa, 27 Februari 2024.

Menurut Rochady, dengan tingginya kasus DBD saat ini, Pemprov Jabar kembali menggalakan pencegahan DBD. Sosialisasi kepada masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk dengan gerakan 3M, menjadi salah satu cara untuk menekan penyebaran penyakit akibat nyamuk aedes aegypti itu.

"Rumah sakit juga siap melaksanakan pelayanan terhadap pasien DBD dan masyakarat tentunya harus tetap menjaga kebersihan. Masyarakat juga harus bisa menyelesaikan 3M," jelasnya.
 

Baca juga: Kasus DBD di Kota Tasikmalaya Meningkat 120 Kasus

Terkait dengan program penyebaran nyamuk wolbachia di Kota Bandung yang dipusatkan di Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Ujungberung, sebanyak 308 ember sudah tersebar di 15 RW, sejak November 2023. Namun ternyata efeknya belum bisa dilihat dalam waktu dekat.

"Dibutuhkan waktu dari telur nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia, melakukan perkawinan silang dengan nyamuk aedes aegypti liar yang ada di lingkungan. Sehingga nanti keturunannya diharapkan menjadi nyamuk-nyamuk aedes aegypti, yang mengandung bakteri wolbachia," jelasnya.

Rochady menjelaskan, proses pelepasan telur nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia, hingga terjadinya perkawinan silang akan terus dilakukan sampai menghasilkan 60-70 persen nyamuk aedes aegypti berwolbachia. 

Ini membutuhkan waktu sekitar 6 bulan dan kalau populasi nyamuk di lingkungan, sudah semuanya mengandung bakteri Wolbachia. Baru bisa diliaht efek dari adanya nyamuk aedes aegypti, yang mengandung bakteri wolbachia tersebut terhadap penurunan kasus kejadian DBD.
 
Baca juga: Puluhan Warga Bengkulu Terserang DBD

"Servis dilakukan setiap 2 minggu untuk mengganti telur nyamuk, pakan, dan air baru di setiap ember yang disebar di rumah warga. Pengawas kader yang sudah terlatih akan dibantu oleh kader di setiap RT yang melaksanakan servis pergantian isi ember nyamuk berwolbachia. Saat ini, sudah dilakukan servis ke-6 yang dilaksanakan pada 23 Januari 2024," tuturnya.

Targetnya lanjut Rochady, nyamuk wolbachia tersebar sebanyak 60 persen. Jika telah tercapai, maka peletakan ember akan dihentikan.

"Saat ini, baru 14 persen nyamuk wolbachia yang tersebar di alam," jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Meilikhah)