PM India Narendra Modi. (EPA)
Willy Haryono • 4 June 2024 13:22
New Delhi: Penghitungan suara dimulai pada pemilu India pada Selasa, 4 Juni 2024, dengan Perdana Menteri Narendra Modi memastikan kemenangan atas gerakan nasionalis Hindu. ‘Kemenangannya’ telah membuat oposisi berantakan dan memperdalam kekhawatiran terhadap hak-hak minoritas.
Jajak pendapat menunjukkan Modi, 73 tahun, berada di jalur yang tepat untuk meraih kemenangan setelah pemilu enam minggu yang diikuti oleh 642 juta orang dalam tujuh tahap di negara berpenduduk paling padat di dunia itu.
Modi mengatakan, ia yakin bahwa rakyat India telah memberikan suara dalam jumlah besar untuk memilih kembali pemerintahannya, satu dekade setelah ia pertama kali menjadi perdana menteri.
Para pengamat yakin seruannya terhadap meningkatnya sentimen nasionalis Hindu akan memberinya masa jabatan ketiga.
Lawan-lawan Modi telah berjuang untuk melawan raksasa kampanye Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpinnya. Mereka telah ‘dilumpuhkan’ oleh pertikaian yang mereka sebut sebagai kasus kriminal bermotif politik yang ditujukan untuk membuat penantangnya tertatih-tatih.
Lembaga pemikir AS, Freedom House mengatakan, tahun ini bahwa BJP "semakin menggunakan lembaga-lembaga pemerintah untuk menargetkan lawan-lawan politik".
Pada Minggu, Arvind Kejriwal, ketua menteri ibu kota Delhi dan pemimpin penting dalam aliansi yang dibentuk untuk bersaing melawan Modi, kembali ke penjara.
Kejriwal, 55 tahun, ditahan pada Maret karena penyelidikan korupsi yang sudah berlangsung lama, namun kemudian dibebaskan dan diizinkan berkampanye selama dia kembali ke tahanan setelah pemungutan suara berakhir.
"Ketika kekuasaan menjadi kediktatoran, maka penjara menjadi sebuah tanggung jawab," kata Kejriwal sebelum menyerahkan diri, dilansir dari AFP.
Menjelang pemilu, banyak dari 200 juta lebih minoritas Muslim semakin gelisah mengenai masa depan mereka dan posisi komunitas mereka di negara yang secara konstitusional sekuler.
Modi sendiri melontarkan sejumlah komentar pedas mengenai umat Islam selama kampanye, dan menyebut mereka sebagai "penyusup".