Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Media Indonesia • 28 November 2023 13:11
Jakarta: Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengungkapkan Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah (PR) dan tantangan untuk mendapatkan manfaat optimal dari digitalisasi. Tantangan tersebut mencakup jangkauan, penetrasi, hingga lemahnya adopsi digital di lingkup pemerintahan.
"Digitalisasi ini memang paradoks juga. Di satu sisi kita memangkas banyak hal, tapi juga kita perlu adaptasi yang luar biasa," ucap Budi dalam Indonesia Digital Summit 2023 bertema Proyeksi Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia 2024-2029, Selasa, 28 November 2023.
Terkait literasi, misalnya, adaptasi dan pemahaman terkait digitalisasi bahkan masih cukup rendah di dalam pemerintahan. Dari survei yang dilakukan Kemenkominfo, misalnya, diketahui baru 30 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mampu mengadopsi cara kerja digital.
Padahal, kata Budi, pejabat maupun pegawai pemerintahan mestinya menjadi contoh bagi masyarakat. Lemahnya kemampuan adaptasi oleh pegawai negeri menurutnya bakal menjadi tantangan tersendiri untuk mendapatkan manfaat optimal dari digitalisasi.
"Padahal kita paham betul, kalau mau digital economy, mulai dari pemerintah dulu. Ini ada budaya baru, etika baru, yang mesti kita kelola dengan hati-hati," kata dia.
Kecakapan pemerintah dalam memanfaatkan digitalisasi menjadi krusial. Pasalnya, sektor digital mampu mendukung upaya Indonesia untuk keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah (middle income trap). Industrialisasi yang digaungkan mestinya turut diikuti dengan pemanfaatan digitalisasi.
"Karenanya, perlu ada evaluasi sistem pemerintahan dan kebijakan publik yang mendukung iklim inovasi. Sehingga ekonomi digital mampu mereformasi struktur ekonomi dan industrialisasi yang berbasis ekonomi dan inovasi serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," tutur Budi.
Baca juga: Tak Ada Internet, 30 Siswa Naik Gunung untuk ANBK