Juru bicara pemerintah Rusia Dmitry Peskov. (Anadolu Agency)
Medcom • 28 August 2024 15:35
Moskow: Pemerintah Rusia meminta Prancis untuk memberikan bukti kuat bahwa penangkapan Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi pesan terenkripsi Telegram, tidak bermotif politik.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut tuduhan dari pihak berwenang Prancis terhadap Durov sebagai sesuatu yang “sangat serius,” dan menekankan perlunya bukti kuat untuk membuktikan tudingan tersebut.
“Jika tidak, ini akan menjadi upaya langsung membatasi kebebasan berkomunikasi dan, sejujurnya, merupakan tindakan intimidasi terhadap kepala perusahaan besar,” ujar Peskov dalam konferensi pers di Moskow, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Rabu, 28 Agustus 2024.
“Ini adalah jenis manuver politik yang dibantah oleh (Presiden Prancis Emmanuel) Macron kemarin,” sambungnya.
Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa penahanan Durov berkaitan dengan investigasi yang sedang berlangsung perihal Telegram, dan sama sekali tidak bermotif politik.
Peskov juga mencatat bahwa meski Rusia siap membantu Durov, situasi menjadi rumit karena Durov memiliki kewarganegaraan Prancis.
“Kami berharap Tuan Durov memiliki semua sumber daya yang diperlukan untuk mengatur pembelaan hukumnya,” tambah Peskov.
Di tengah kekhawatiran bahwa komunikasi sejumlah tokoh Rusia dapat disadap oleh badan-badan intelijen Barat jika Durov bekerja sama, juru bicara Kremlin menyarankan para pejabat untuk tidak menggunakan utusan untuk tujuan resmi.
“Tidak ada aplikasi pesan yang aman dari sudut pandang keamanan informasi, termasuk Telegram,” tutur Peskov. (Shofiy Nabilah)
Baca juga: Pornografi Anak hingga Penipuan, Alasan Mengapa Bos Telegram Ditangkap