Google diminta bayar denda oleh Rusia. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 1 November 2024 09:55
Moskow: Rusia mengajukan tuntutan finansial yang mengejutkan terhadap salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Google. Kremlin menyatakan bahwa Google kini berutang lebih dari 2 undecillion rubel atau angka 2 yang diikuti 36 nol. Jumlah fantastis ini muncul setelah perusahaan induk YouTube tersebut menolak untuk membayar denda akibat pemblokiran kanal pro-Rusia di Google.
Dalam konversi ke dolar, angka ini mencapai USD20 decillion atau sekitar USD20 miliar triliun triliun, yang secara mengejutkan melampaui ekonomi global. Sebagai perbandingan, PDB dunia saat ini hanya berkisar USD110 triliun atau setara dengan Rp1,7 kuadriliun sementara nilai pasar induk Google, Alphabet, berada di USD2 triliun atau setara dengan Rp31,3 triliun.
Media pemerintah Rusia, TASS, melaporkan bahwa pengadilan Rusia telah menginstruksikan Google untuk memulihkan kanal YouTube yang diblokir sejak 2022 atau menghadapi denda yang terus meningkat setiap minggu.
"Google tidak seharusnya membatasi penyiar kami di platformnya," kata Peskov dikutip dari CNN, Jumat, 1 November 2024.
Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, menganggap tindakan Google memblokir kanal pro-Rusia di YouTube sebagai bentuk pembatasan terhadap kebebasan media. Rusia menilai bahwa penyiaran konten pro-Rusia seharusnya dapat diakses tanpa hambatan di platform global seperti YouTube, sehingga penutupan akun-akun tersebut dinilai sebagai bentuk diskriminasi terhadap media Rusia.
Google sendiri, melalui laporan triwulanan, menanggapi bahwa masalah hukum ini tidak akan berdampak signifikan pada pendapatan. Setelah invasi penuh Rusia ke Ukraina, Google memang membatasi operasinya di Rusia, tetapi belum sepenuhnya keluar seperti beberapa perusahaan teknologi AS lainnya. Namun, layanan seperti Pencarian dan YouTube tetap tersedia di Rusia.
Pada 2022, anak perusahaan Google di Rusia mengajukan kebangkrutan setelah pemerintah Rusia mengambil alih rekening bank mereka, yang membatasi operasi komersial Google di negara tersebut. (Angel Rinella)