Pemimpin sementara Bangladesh Muhammad Yunus. (EPA)
Medcom • 20 August 2024 06:21
Dhaka: Muhammad Yunus, Perdana Menteri interim Bangladesh, dalam pidato kebijakan pertamanya menyatakan komitmen mendukung komunitas Rohingya yang mencari perlindungan di negara tersebut dan mempertahankan perdagangan garmen Bangladesh.
Dalam pidato yang disampaikan di hadapan para diplomat dan perwakilan PBB di hari Minggu, Yunus berjanji bahwa pemerintahannya “akan terus mendukung lebih dari satu juta orang Rohingya yang ditampung di Bangladesh”.
“Kami membutuhkan upaya berkelanjutan dari komunitas internasional untuk operasi kemanusiaan Rohingya dan pemulangan mereka ke tanah air mereka, Myanmar, dengan aman, bermartabat, dan dengan hak-hak penuh,” ujar Yunus, mengutip dari Al Jazeera, Senin, 19 Agustus 2024.
Bangladesh adalah rumah bagi sekitar satu juta orang Rohingya. Sebagian besar pengungsi Rohingya melarikan diri dari Myanmar pada 2017 setelah mengalami tindakan keras militer yang kini tengah diinvestigasi oleh pengadilan PBB terkait dugaan genosida.
Baru-baru ini, badan amal medis Doctors Without Borders (MSF) melaporkan bahwa semakin banyak orang Rohingya yang tiba di Bangladesh dengan luka-luka terkait perang akibat konflik yang meningkat antara militer dan pemberontak Tentara Arakan (AA) di negara bagian Rakhine barat. Lebih dari 40 persen dari korban luka-luka adalah wanita dan anak-anak, tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Yunus, seorang ekonom peraih Nobel Perdamaian berusia 84 tahun, kembali dari Eropa setelah diangkat sebagai pemimpin pemerintahan sementara yang dipilih oleh Presiden Mohammed Shahabuddin. Yunus menggantikan Sheikh Hasina, yang mengundurkan diri setelah digulingkan oleh protes anti-pemerintah yang meluas. Yunus juga menyoroti dampak protes tersebut terhadap industri tekstil/garmen Bangladesh, yang menjadi andalan ekonomi negara itu dengan para pemasok yang mengalihkan pesanan ke luar negeri.
"Kami tidak akan mentolerir upaya apa pun untuk mengganggu rantai pasokan pakaian global, di mana kami adalah pemain kunci," katanya. Sebanyak 3.500 pabrik garmen di Bangladesh menyumbang sekitar 85 persen dari ekspor tahunan senilai $55 miliar.
Dalam pidato kebijakannya, Yunus juga mencatat bagaimana selama sebulan terakhir, “ratusan ribu mahasiswa dan rakyat kami yang gagah berani bangkit melawan kediktatoran brutal Sheikh Hasina”, dan berjanji untuk menyelidiki kematian mereka.
Lebih dari 450 orang terbunuh antara dimulainya tindakan keras polisi terhadap protes mahasiswa dan penggulingannya tiga minggu kemudian.
Yunus juga menekankan pentingnya penyelidikan atas kekerasan yang terjadi selama protes mahasiswa yang menjatuhkan Hasina, di mana lebih dari 450 orang tewas. Ia berkomitmen untuk mendukung investigasi yang tidak memihak dan kredibel secara internasional atas pembantaian tersebut.”
“Kami akan memberikan dukungan apa pun yang dibutuhkan oleh para penyelidik PBB.” Sebuah misi pencari fakta PBB diharapkan segera tiba di Bangladesh untuk menyelidiki “kekejaman” yang dilakukan selama protes yang dipimpin oleh para mahasiswa.
Selain itu, Yunus berjanji akan mengadakan pemilihan umum yang bebas dan adil dalam waktu dekat, serta mempromosikan rekonsiliasi nasional setelah masa pemerintahan Hasina yang dianggap merusak institusi negara. (Shofiy Nabilah)
Baca juga: Rohingya Terjebak Pertempuran Separatis Arakan dan Militer Myanmar