Gempa Besar di Jepang Lukai 30 Orang dan Rusak Infrastruktur

Infrastruktur yang hancur akibat gempa di Jepang. Foto: Kyodo News

Gempa Besar di Jepang Lukai 30 Orang dan Rusak Infrastruktur

Muhammad Reyhansyah • 9 December 2025 17:45

Tokyo: Sebuah gempa kuat di perairan Jepang menyebabkan sedikitnya 30 orang terluka dan merusak sejumlah jalan, serta memutus aliran listrik bagi ribuan warga di tengah suhu dingin ekstrem, menurut otoritas setempat pada Selasa, 9 Desember 2025.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) melaporkan gempa berkekuatan magnitudo 7,5 yang terjadi pukul 23.15 waktu setempat pada Senin malam. Angka tersebut direvisi dari perkiraan awal 7,6. Badan tersebut memperingatkan kemungkinan terjadinya gempa susulan dengan kekuatan serupa atau lebih besar dalam beberapa hari mendatang.

Perdana Menteri Sanae Takaichi menyatakan 30 orang cedera akibat gempa yang berpusat di lepas pantai Prefektur Aomori, wilayah utara Jepang. Guncangan tersebut memicu gelombang tsunami setinggi hingga 70 sentimeter.

Panik dan Evakuasi

Dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 9 Desember 2025, Daiki Shimohata, 33 tahun, seorang pegawai pemerintah di Hashikami, Pulau Honshu, mengatakan ia beserta keluarga bergegas keluar rumah saat guncangan terjadi.

“Guncangannya belum pernah kami rasakan sebelumnya. Mungkin berlangsung sekitar 20 detik,” ujar Shimohata melalui sambungan telepon.

“Kami menggendong anak-anak kami, seorang putri berusia dua tahun dan putra berusia satu tahun. Guncangan itu mengingatkan saya pada bencana tahun 2011,” kata Shimohata.

Satu orang dilaporkan mengalami luka serius di Pulau Hokkaido, menurut Badan Manajemen Kebakaran dan Bencana.

Rekaman video menunjukkan barang-barang berjatuhan dari rak sebuah supermarket, retakan besar pada jalan, serta sebuah mobil terperosok ke lubang akibat amblesnya permukaan. Puing kaca jendela juga tampak berserakan di sejumlah ruas jalan.

Pemerintah awalnya menerima laporan adanya beberapa kebakaran, namun juru bicara pemerintah Minoru Kihara memastikan hanya satu insiden kebakaran yang terkonfirmasi pada sebuah rumah.

Di Hokkaido, seorang jurnalis AFP menggambarkan guncangan hebat selama sekitar 30 detik, sementara alarm darurat di ponsel berbunyi serempak.

Pemulihan Infrastruktur

Di Kota Hachinohe, guncangan mencapai level enam atas pada skala Shindo Jepang, tingkat di mana seseorang tidak dapat berdiri tanpa merangkak. Sekitar 2.700 rumah mengalami pemadaman listrik ketika suhu berada di titik beku, meski sebagian besar wilayah telah kembali dialiri listrik pada Selasa pagi.

JMA semula mengeluarkan peringatan tsunami hingga tiga meter, yang berpotensi menimbulkan kerusakan besar. Layanan darurat melaporkan sekitar 28.000 warga diminta mengungsi, dan sejumlah laporan menyebutkan tempat penampungan sementara sempat penuh.

Peringatan tsunami kemudian dicabut setelah gelombang terbesar yang tercatat hanya mencapai tinggi 70 sentimeter.

Layanan kereta peluru Shinkansen dihentikan di beberapa jalur untuk pemeriksaan keamanan. Tidak ditemukan masalah pada PLTN Higashidori dan Onagawa, menurut operator Tohoku Electric Power.

Risiko Gempa Susulan

JMA mengimbau masyarakat tetap waspada sepanjang sekitar satu minggu ke depan. “Selain itu, ada kemungkinan terjadinya gempa yang lebih kuat, jadi harap tetap waspada,” demikian peringatan badan tersebut.

Dua ahli geologi, Kyle Bradley dan Judith A. Hubbard, menekankan bahwa tidak ada metode pasti untuk mengetahui apakah sebuah gempa besar akan diikuti oleh guncangan yang sebanding atau lebih kuat.

“Sebaliknya, kita harus mengandalkan statistik historis, yang menunjukkan bahwa sangat sedikit gempa besar yang segera disusul oleh kejadian yang lebih besar,” tulis mereka dalam buletin Earthquake Insights.

“Itu bisa terjadi, tetapi tidak sering,” sebut tulisan itu.

Jepang memiliki sejarah panjang bencana seismik. Pada 2011, gempa bermagnitudo 9,0 memicu tsunami besar yang menewaskan sekitar 18.500 orang dan menyebabkan krisis nuklir Fukushima.

Terletak di atas empat lempeng tektonik di wilayah Pacific Ring of Fire, Jepang mengalami sekitar 1.500 guncangan setiap tahun, sebagian besar berskala kecil.

Pada Januari lalu, panel pemerintah meningkatkan estimasi kemungkinan terjadinya gempa besar di Palung Nankai dalam 30 tahun mendatang menjadi 75–82 persen. Pemerintah kemudian memperkirakan pada Maret bahwa “megaquake” dan tsunami susulan berpotensi menyebabkan hingga 298.000 korban jiwa dan kerugian mencapai USD2 triliun.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Fajar Nugraha)