Wall Street Terdorong Kenaikan Saham Meta dan Amazon

Wall Street. Foto: Unsplash.

Wall Street Terdorong Kenaikan Saham Meta dan Amazon

Arif Wicaksono • 3 February 2024 07:09

New York: Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan kemarin. Kenaikan pasar saham ditopang lonjakan dari Meta dan Amazon.

Dikutip dari CNBC International, Sabtu, 3 Februari 2024, laju Indeks komposit S&P500 naik 1,07 persen. Laju Indeks komposit Nasdaq naik 1,74 persen. Laju Indeks komposit DJIA naik 0,35 persen.
 

baca juga:

Wall Street Menguat Dipicu Lonjakan Saham Teknologi


Sementara itu, saham Meta naik 20,318 persen pada penutupan perdagangan kemarin. Saham Meta naik setelah akan menerbitkan dividen pertamanya. Meta berhasil meraih pendapatan dan laba yang melampaui ekspektasi berkat penjualan iklan.

Meta akan membagi dividen sebesar 50 sen per saham. Mereka juga mengumumkan telah menyetujui pembelian kembali saham tambahan senilai USD50 miliar.

Kenaikan juga dialami Amazon. Inc yang melesat sebanyak 7,8 persen.  Amazon.com berhasil mengalahkan ekspektasi pendapatan kuartal keempat pada tahun lalu karena fitur AI generatif baru di bisnis cloud dan e-niaganya mendorong pertumbuhan yang kuat selama periode liburan yang penting.
Kemudian, saham-saham yang melemah adalah Gen Digital Inc, Charter Communication, First Solar Inc, Comcast Corp, Intel Corp serta Nike Inc.

data positif ekonomi AS

Wall Street mencerna laporan pekerjaan bulan Januari yang panas. Nonfarm payrolls meningkat sebesar 353.000 pada bulan lalu, jauh lebih kuat dibandingkan kenaikan sebesar 185.000 yang diantisipasi oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Tingkat pengangguran berada di 3,7 persen atau lebih baik  dibandingkan dengan perkiraan konsensus 3,8 persen.

Data pertumbuhan upah dalam laporan tersebut menunjukkan tekanan inflasi yang terus berlanjut. Pendapatan rata-rata per jam naik 0,6 persen, dua kali lipat dari perkiraan para ekonom. Secara tahunan, upah melonjak 4,5 persen, lebih besar dari perkiraan konsensus sebesar 4,1 persen.

Laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan menambah kemungkinan bahwa penurunan suku bunga tidak akan terjadi secepat yang diharapkan investor, terutama setelah Ketua Fed Jerome Powell pada minggu ini mencatat bahwa penurunan suku bunga pada bulan Maret tidak mungkin terjadi.

“Ini jelas bukan jenis data yang ada dalam pikiran The Fed ketika mereka mengatakan ingin melihat lebih banyak bukti bahwa tekanan inflasi terkendali. Jika angka-angka serupa terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, investor mungkin menjadi kurang percaya diri mengenai seberapa cepat The Fed akan menurunkan suku bunganya, dan seberapa besar penurunannya,” tambah Direktur Pelaksana di E-Trade dari Morgan Stanley Chris Larkin.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)